Mohon tunggu...
RAUF NURYAMA
RAUF NURYAMA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Sekjen Forum UMKM Digital Kreatif Indonesia (FUDIKI); Volunteer Kampung UKM Digital Indonesia; Redaktur : tinewss.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tercengang Saya Nonton TV One

1 Januari 2015   05:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:03 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seharian nonton Televisi, lihat berita tentang Airasia yang hilang dan kini sudah diketemukan beberapa Jenazah, Saya kagum dengan reportase dari beberapa Televisi seperti TV One, Kompas TV, Metro. Berita Satu yang secara terus menerus menyampaikan update informasinya. Namun sore ini saya tercengang melihat Berita TV One.

Kenapa?

Berita yang disampaikan adalah Bentrok Fisik antara Petugas Satpol PP dengan Pedagang Kaki Lima di Jakarta. Pedagang ada yang dipukulin babak belur, ada wanita sampai pingsan, bahkan yang paling mengerikan adalah ketika pedagang tersebut selesai di keroyok, kemudian di Gusur. Cara penggusurannya sendiri, sudah melewati batas kemanusiaan, yaitu seperti menggusur mayat hidup penjahat kelas Wahid.

Kilas Balik,

Dengan tidak menutupi kehebatan Basarnas, dalam menemukan QZ8510, Tivi berlomba-lomba mewartakannya. Saya juga coba membaca berita-berita Online dari Luar, seperti dailymail.co.uk atau nytimes.com yang kesemuanya hampir memuji kehebatan Basarnas. Beberapa video yang diunggah menggunakan Useetv.com dengan TV One sebagai acuannya.

Dengan begitu susah payahnya, Orang yang sudah meninggal diambil dari laut, diberitakan ke seluruh negeri dan seluruh negara. Menggunakan biaya yang tidak sedikit, untuk memenuhi rasa kemanusiaan dan rasa keadilan, serta menjadikan semuanya berduka. Bahkan acara Tahun Baru yang sudah dirancang banyak kota, dengan berbagai pesta kemeriahan harus berakhir dengan cukup doa saja, atau nyalakan lililn Sekali lagi untuk turut berduka cita.

Sementara, di Jakarta. Ibu Kota Negara Tercinta. Orang yang masih hidup. Butuh kehidupan untuk memenuhi kebutuhannya, dengan terpaksa mereka berdagang, serta mendapatkan Gelar PKL. Harus berjuang "Sampai Mati" menghadapai bangsa sendiri, yang di Gaji dan di Bayar oleh Negara.

Apakah, Mereka dibayar untuk "Membunuh" Anak Bangsa? Tentunya Bukan?

Apakah PKL Salah? Tentunya tergantung kita melihatnya. Dari Kacamata Ketertiban, ini jelas menyalahi aturan. Namun dari kacamata yang lain, di Bandingkan mereka harus merampok, mencuri, bahkan Korupsi, mereka masih lebih baik. Mereka masih punya harga diri, untuk tetap hidup tanpa jadi pengemis.

Sekali lagi saya salut dan tercengang kepada TV One, yang berani memberitakan bukan hanya Kematian yang ada di Lautan, namun juga di daratan orang hampir "mati" mempertahankan diri. Sementara Tivi lainnya, tidak ada yang memberitakannya. Bahkan ketika Banjir Jakarta pun, salah satu televisi dihujat netizen, karena tidak memberitakannya.

Saya mafhum, ketika banyak diantara rekan kompasianer ada yang tidak sependapat dengan saya, hal ini karena TV One, yang merupakan Bagian dari Viva Grup, dan bagian dari Bakrie Group, yang Notabene adalah Milik Konglomerat Aburizal Bakri (ARB) yang notabene adalah Ketua Umum Golkar, dan sebagai Ketua Presidium Koalisi Merah Putih (KMP) yang berseberangan dengan KIH sebagai pendukung Partainya Pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun