Bagi saya, kisah tentang Bu Risma (Walikota Surabaya) dengan Issue pengunduran dirinya serta tampilan di Mata Najwa yang sampai menangis yang kemudian menjadi buah bibir di Republik Indonesia tercinta bahkan terlebih di Republik Kompasiana, sudah tidak menarik. Sebagai seorang pemimpin, dengan tidak melihat faktor Gender, seharusnya KUAT dan Tetap TEGAR. Apapun resikonya. Jika tidak KUAT dan TEGAR, ya Mengundurkan diri memang jalan terbaik. Issue yang digoreng, malah menjadikan Issue lainnya jadi sepi dari Pemberitaan.
Kemudian Cerita Tentang Harian Jokowi, Issue penyadapan, yang kemudian belakangan berkembang menjadi tidak sedap di baca atau di dengar karena seolah ini menjadi ulah segenlintir orang, yang bukannya menaikan popularitas malah menjatuhkan. Mana yang bener dan mana yang enggak, juga tidak menarik perhatian saya. Karena dari Awal Cerita Jokowi memang selalu menarik, dan karena terlalu manis gula-gulanya, lama-lama saya lebih suka dengan yang agak asin seperti keripik. Manis ceritanya Jokowi menjadi tidak terlalu renyah buat dibaca, mungkin juga sudah sampai titik Bosan.
Ketika Jokowi Gagal dalam mengelola Anggaran, pembelaan dari mana2 datang. Ketika Banjir Datang, Pembelaan datang. Ketika Bus Transjakarta Datang dalam keadaan sebagian rusak, pembelaan juga tetap datang. Ini kenapa....? Tidak bolehkan Jokowi punya kekurangan atau kesalahan...? Kan Jokowi juga manusia, yang tidak pernah luput dari salah.
Yang menjadi menarik buat saya hari-hari ini adalah kasusnya, Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan. Adik Sang Gubernur Banten, dan Suami Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany. Bagaimana tidak menarik cerita tentang Wawan ini.
1. Hartanya dimana2, bahkan saking banyaknya, mobil dan uang sudah tidak terhitung dan dengan mudahnya diberikan kepada artis-artis cantik yang kini mulai dipanggil satu per satu oleh KPK.
2. Lebih Hebat dari kasusnya LHI, Lebih Gila dibandingkan Ahmad Fathanah. Tapi minim sekali pemberitaannya.
3. Lebih Heboh dibandingkan dengan Kasusnya Anas, karena melibatkan orang-orang yang dekat dengan kekuasaan yudikatif, eksekutif dibandingkan Anas yang lebih politis. (Anas kemana yah...?)
Seharusnya demikian menurut saya. Menurut Anda bagaimana temans...? Semoga Issue yang digoreng ini tidak untuk meninggikan sesuatu dan menghilangkan sesuatu yah...! Dan semoga saya salah beranggapan demikian, sehingga Tentang Risma, Jokowi, maupun Wawan, tidak termasuk Penggorengan Issue.
Cirebon, 21 Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H