Mohon tunggu...
RAUF NURYAMA
RAUF NURYAMA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Sekjen Forum UMKM Digital Kreatif Indonesia (FUDIKI); Volunteer Kampung UKM Digital Indonesia; Redaktur : tinewss.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berilah Pengemis Uang (Jawaban atas Tulisan Maria G.Soemitro)

14 Juni 2015   12:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam tulisan Ibu Maria G. Soemitro, yang di Ganjar Headline dan Higlight dari mimin, saya merasa terharu. Terharu kenapa? saya jadi inget sama Pengemis, yang setiap harinya rutin mampir dan minta-minta ke Toko saya. Lebih dari 6 orang, mereka rutih. Rutin, bakan lebih-lebih rajin dibandingkan Tukang sampah yang kadang cuman dibayar sebulan sekali, ambil sampahnya cuman 3 hari sekali, itupun kalau Inget. Nah, si Pengemis ini dia kelling setiap hari, saya tidak tahu pendapatannya berapa?

Namun, sekali waktu saya ketemu dengan seorang pengemis langganan tersebut dia sedang mulung. Dan ketemu lagi, di tempat bos rongsokan. Yang Kebetulan, Bos rongsokan tersebut menyewa sebuah tanah di seberang Rumah saya. Pernah saya coba telusuri, kenapa mereka mengemis. Ternyata ada beberapa hal yang menyebabkannya mengemis.

  1. Mengemis, lebih mudah dibandingkan dengan menjadi pengumpul rongsokan, bahkan sering dikatakan pencuri, ketika sedang mebuka tempat sampah rumah orang.
  2. Mengemis itu mudah. Tinggal ambil pakaian compang camping, berlaga pilon (baca: Gila dikiit...), atau ada yang pura2 Buta, pura-pura pincang, pura2 lapar....
  3. Mengemis itu tidak perlu pendidikan tinggi. Tidak perlu latihan yang propesional, Dia Bisa menghasilkan.
  4. Mengemis itu, cukup bermodalkan Tampang melas, tidak malu meminta, sudah itu saja...

Maaf, baru dibicarakan (ada pengemis datang).....

Namun, apakah mereka itu sampah Masyarakat? Apakah mereka orang Miskin? Apakah mereka itu ... akhhhhh.

 

Dua minggu lalu, Kebetulan dari Kantor saya diperintahkan untuk menjalin kerjasama dengan Pemerintah, Asosiasi dan beberapa Pengusaha UMKM. Mereka akan diberikan Pelatihan, diberikan suntikan Modal, diberikan akses ke pasar Global, dan juga beberapa alternatif lainnya untuk kerjasama yang saling menguntungkan, dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan Pendapatan dan Nilai Jual UMKM. Ketika Pertemua pertama, seorang petugas menghampiri saya, seraya berbisik. "Tolong koodinasinya ya pak...", katanya demikian. Tiga hari kemudian, saya mengaja mereka untuk ketemu di Rumah Makan, sambil diskusi kira-kira apa saja yang harus dilakukan, hehehe... celetuk ada yang ngomong, "Pak, kalau ada uangnya pasti semuanya lancarrrr jaya". Hadeuhhhh....

Yang Pertama dalam cerita saya tadi, adalah Pengemis dengan Pakaian compang-camping. Tidak ada yang perhatian dari Pemerintah.

Cerita Kedua, Orang yang menangu Pemerintah pun ternyata Mengemis (Baca: meminta), dengan gantengnya, pakaian bersih dan klimis, tapi tanpa malu meminta. Padahal, kehadiran kami adalah untuk membantu tugasnya mereka.

Nah, Lalu siapa yang pengemis beneran... semuanya meminta, bahkan tanpa rasa malu.

 

Jika kita berwacana demikian, sampai kapan pun akan tetap menjadi wacana yang menarik. Menarik untuk diamati dan diperhatikan. Menarik untuk terus diperdebatkan. Namun, jika dikembalikan kepada sesuatu yang hakiki... maka segala sesuatu tergantung kepada "Niatnya..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun