Mohon tunggu...
RAUF NURYAMA
RAUF NURYAMA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Sekjen Forum UMKM Digital Kreatif Indonesia (FUDIKI); Volunteer Kampung UKM Digital Indonesia; Redaktur : tinewss.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Pantas "Dibeli", Karena Jokowi Belum Pantas "Dijual"?

6 Juni 2014   08:43 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:04 3057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang penulis, saya tentunya sangat senang ketika ide dan tulisan kemudian dibaca dan diberikan apresiasi oleh pembacanya. Apresiasi yang diberikan oleh Admin, tentu lebih senang lagi. Jangankan beberapa hari bisa menjadi HeadLine, 1 Jam saja sudah cukup bisa menikmati kebahagiaan penulis. Menulis, memang untuk dibaca. Minimal oleh diri sendiri, namun jika dibaca oleh orang lain, puluhan apalagi ratusan bahkan ribuan atau mungkin jutaan pembaca adalah hal yang sangat menggembirakan. Sebagaimana tulisan saya yang ini, Menjual Capres dengan Teknik The Ben Franklin Close, yang ditulis pada tanggal 27 Mei 2014 sampai dengan malam ini 6 Juni 2014 masih dalam posisi HL di kotaksuara.kompasiana.com. Sesuatu bangets dech.... hehehehe....

Kali ini saya ingin menyoroti tentang hal yang menjadi trending topik diberbagai media, tentang Pidato Capres Joko Widodo dan Capres Prabowo Subianto. Masyarakat sudah maphum dengan keadaan yang ditontonnya. Dan mereka yang ditonton selalu memberikan sebuah alasan ketika dia menjadi sesuatu yang "gagal" dalam pidatonya sesuai dengan analisa pengamat.

Bagi Kubu Prabowo, "kegugupan" Jokowi dalam menyampaikan sambutan sekitar 4 menit menjelang deklarasi kampanye damai, merupakan santapan empuk. Bahwa Capresnya sudah setingkat lebih tinggi, dibandingkan dengan Jokowi. Bahkan ada yang menulis di forum ini 3-0 untuk Prabowo.

Jauh sebelum deklarasi ini, pernah juga saya menonton kiriman Video tentang wawancara Jokowi dan Prabowo yang dilakukan salah satu Televisi Luar Negeri "bloomberg", dan kemudian di rilis di youtube, menjadi tema yang sangat panas di jadikan bahan diskusi kalau bukan untuk negatif campaign (baca: mencari kelemahan) bagi TV One untuk membahasnya. Pada wawancara tersebut, jokowi berbicara dalam bahasa Inggris yang sederhana, sedangkan Prabowo menggunakan bahasa Inggris nya dengan sangat baik. mungkin ini jawaban atas tantangan pak JK, bahwa Kampanye negatif itu perlu untuk mengetahui kelemahan capres dan cawapres (disampaikan pada saat wawancara pada salah satu stasiun televisi).

Apa yang dilakukan oleh pengunggah, dengan menampilkan kekurangan Jokowi dan menampilkan kelebihan Prabowo dalam sebuah tatanan kesamaan posisi, menunjukan bahwa pengunggah mengerti betul tulisan saya yang berjudul menjual capres dengan Teknik The Ben Frenklin Close. Teknik penutupan penjualan dengan menampilkan perbedaan dalam sebuah tataran, dimana yang "dijual" lebih di unggulkan daripada "produk" yang lain sebagai kompetitornya.

Begitu pun dengan Pidato Jokowi dan Prabowo pada saat deklasari, ini pun sama. Bahkan Pemberitaan dan penyebaran Photo Bahwa Prabowo memberikan Hormat kepada Megawati, padahal Megawati tetap duduk. Sungguh sebuah kenyataan bahwa peperangan dengan menggunakan teknik ini sedang dimulai dan dijalankan.

Selain Teknik menjual tersebut, saya ingin memberikan sebuah pemaparan tentang pentingnya sebuah komunikasi dalam mempengaruhi penjualan. Komunikasi baik, akan memberikan pengaruh baik, pengaruh yang baik akan memberikan kepercayaan yang baik, dan kepercayaan yang baik akan memberikan manfaat dan keuntungan yang banyak.

Pada dasarnya, Komunikasi itu terbangun oleh 3 komponen utama. Yakni ada yang menyampaikan, ada yang disampaikan, dan ada yang menerima penyampaiannya tersebut. Apa yang disampaikannya tersebut berupa pesan, untuk memberitahu, mengubah sikap, menyatakan pendapat, atau perilaku baik secara lisan maupun tidak langsung. Saya berpandangan dalam menyampaikan pesan dalam komunikasi, akan efektif jika kita bicara tentang bagaimana cara menyampaikan pesannya tersebut. Jadi dalam ilmu penjualan, bukan apa yang Anda Jual, tetapi Bagaimana cara Anda Menjual, itu sama pentingnya bahkan lebih penting.

Komunikasi yang effektif jika kita bisa mengetahui ilmunya. Menurut beberapa ahli komunikasi, yang saling meng-copy paste, dengan sumber yang menurut informasi hanyalah dari sebuah Web, walaupun ada juga yang mengklaim adalah analisa dari seorang Professor, masih harus dibuktikan. Penyataannya kira2 demikian: Komunikasi efektif dipengaruhi oleh 55% Komunikasi Non Verbal (Bahasa Tubuh), 38% oleh Intonasi atau nada suara, sedangkan 7% dipengaruhi oleh Konten terhadap pesannya itu sendiri. Seberapa hebatnya pun, pesan yang disampaikan, jika intonasinya tidak menarik apalagi bahasa tubuhnya tidak mendukung, maka pesan itu menjadi tidak sampai.

Kembali kepada Bahasa Tubuh Jokowi, pada saat melakukan deklarasi kampanye damai maupun pada saat Jokowi melakukan pengundian nomor urut. Menunjukan bahwa Jokowi dalam kondisi yang tertekan, sehingga menjadi kaku. Dan Akhirnya, menjadikan Jokowi seperti "tidak memiliki" apa-apa dibandingkan dengan Prabowo.Artinya Jokowi sudah menapikan pentingnya angka 55% tadi. Ketidakbisaan Jokowi dalam menahan emosi, membuat bahasa Tubuhnya Tidak Baik.

Sikap merendahnya Jokowi, dengan menyebut sebagai calon yang tidak memiliki modal yang kuat, berbeda dengan lawannya adalah justru sebuah statement yang merendahkan diri dan koleganya. Kalau memang tidak punya modal yang cukup, ngapain jadi capres. Bahkan dengan ide mengumpulkan sumbangan dengan membuka rekening sumbangan untuk pemilu presiden pun menjadi bahan ejekan lawan serta para pengamat yang ahli maupun yang dadakan. Walaupun halal capres dan cawapres menerima dukungan dan sponsor atau donatur, tetap menjadi "bahan" yang menjadikan tidak Percaya Diri nya calon dimaksud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun