Mohon tunggu...
RAUF NURYAMA
RAUF NURYAMA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Sekjen Forum UMKM Digital Kreatif Indonesia (FUDIKI); Volunteer Kampung UKM Digital Indonesia; Redaktur : tinewss.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peranan Pers: Dulu, Kini dan Nanti (Sebuah Catatan atas Mundurnya Prabowo dan Menangnya Jokowi)

24 Juli 2014   07:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:24 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada ungkapan menyatakan, "Lidahmu, lebih tajam dibandingkan dengan Pedang". Itu Ungkapan jaman dulu. Makanya berhati-hatian dalam berkata, sehingga tidak menjadi tajam. Namun jika ketajamannya bisa membuat Anda menang dalam peperangan, Gunakanlah dengan Bijak. Pedang, Senjata, atau peluru memang masih dibutuhkan. Setidaknya untuk jaga-jaga, namun menggunakan pedang, peluru dan senjata, dalam peperangan saat ini mungkin sudah bukan jamannya lagi.

Dalam kaitan dengan lidah, penyambung suara, maka pers (baca : media cetak, elektronik, dan sejenisnya), merupakan penyambung yang sangat tajam. Bahkan mungkin lebih tajam dari silet. Sebut saja demikian, sehingga Capres yang mengundurkan diri sangat geram dengan media massa yang dengan sangat tajam memberikan penilaian negatif terhadap dirinya. Pengaruh media ini sangat berbisa, sehingga mempengaruhi massa. Pendekatan Media sosial yang masif, terstuktur dan sangat banyak, tentunya akan memberikan efek yang sangat significant.

Presiden terpilih, yang sebelumnya adalah Gubernur DKI Jakarta, dan sebelumnya adalah Walikota di Surakarta, adalah seorang yang tidak begitu dikenal. Karena media massa lah, maka beliau menjadi terkenal. Kedekatannya dengan media, sangat baik sehingga kemanapun dia pergi bahkan tidak ngapa-ngapain pun tetap jadi berita.

Ya, Media memang sangat ampuh. Namun jika tidak ada yang perlu diberitakan, juga tidak menjadi sesuatu. Selayaknya memang, lakukan segala hal dan akan ditulis. Lakukan yang baik agar ditulis dengan baik, jika ada pengingkaran maka segera lakukan klarifikasi, tanpa harus mencaci maki. Dalam ilmu peperangan masa kini, musuh utama adalah diri sendiri. Bukan lawan kita. Lawan diri sendiri, untuk bisa menguasai orang lain. Namun, jika orang lain lebih bisa menguasai dirinya, maka mungkin lawan Anda terlalu kuat untuk di lawan.

Indonesia kini punya presiden terpilih, dari golongan orang biasa (sebut Newyork times, berasal dari orang kumuh, yang hidup di bantaran kali di surakarta). Presiden terpilih memberikan inspirasi kepada setiap keluarga di Indonesia, bahwa siapapun bisa menjadi Presiden. Tidak perlu harus dari golongan darah biru. Sukses bisa diraih dengan kerja keras, kerja pintar, dan kerja sportif. Kalau ternyata memang ada kecurangan di sana-sini, dan itu dilakukan baik oleh pelaksana maupun lawan Anda, maka berjuanglah terus untuk mendapatkan keadilan.

Pers memang pula harus Adil, namun Pers bukanlah lembaga Hukum. Para pengadil saja terkadang tidak berbuat adil, maka jangan salahkan pers ketika tidak berbuat adil. Karena pers terkadang tidak objektif, bahkan cenderung subyektif. Tergantung dari perasaan si penulisnya. Jurnalis bukan untuk di lawan, karena mereka bukan lawan. Mereka adalah kawan yang akan menyampaikan ucapan Lidah Anda.

Namun ketika Pers telah berbuat tidak adil, cenderung fitnah, tidak objektif bahkan menghukum Anda. Maka, Tuhan sedang memberikan sebuah rencana kehidupan yang jauh lebih baik untuk Anda. Kembalikanlah semuanya kepada Tuhan. Karena dialah semuanya menjadi seperti ini. Sebagaimana tugas manusia di Dunia, Berdoa, Berusaha, dan Bertawakal. Maka bertawakal lah, mungkin ini jalan lain dari Tuhan untuk kehidupan lebih baik.

Bahkan ketika Anda, mungkin menang dalam sebuah pertandingan, siapa tahu ini adalah Ujian dari Tuhan yang Maha berat untuk Anda. Amanah bukan lah hadiah, Namun kepercayaan yang telah diberikan atas dasar sebuah harapan untuk kehidupan lebih baik. Jika tidak amanah, maka si pemberi kepercayaan akan dapat menarik kepercayaannya segera dan kapan saja.

Selamat malam dan cukup sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun