MARI BERHITUNG
Berikut saya ingin sharing, kenapa saya menganggap bahwa membeli mobil secara kredit itu konsumsi. Agar kita tidak terjebak dengan rasa memiliki Assets seperti kita membeli Rumah dengan cara kredit. Membeli Rumah dengan cara kredit, ketika rumah tersebut lunas atau berhenti di tengah jalan, maka sejumlah uang (DP ditambah dengan jumlah cicilan) masih memiliki nilai lebih sehingga kita mendapatkan keuntungan dari sini. Ingat bahwa harga Tanah dan Rumah hampir tidak pernah Turun. Selalu naik, dan prosentase kenaikannya lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang harus kita keluarkan. Sedangkan jika kredit mobil dikatagorikan investasi, maka perhitungannya akan menjadi menyusut.
Dalam kasus di atas, saya mengeluarkan DP (maaf bukan Dewi Perssik, tapi Down Payment), sebesar Rp 30 Jutaan. Dengan cicilan Rp 3.400.000 maka setelah 2 tahun saya sudah mengeluarkan uang untuk pembelian mobil ini sebesar Rp 111.600.000 sedangkan sisa hutang saya masih sekitar Rp 100 Jutaan. Loh kok bisa? Ya Karena bunga yang dibebankan lebih besar di awal, sedangkan cicilan pokok kecil diawal dan besar di akhir dengan sistem bunga dan cicilan Flatt. Sedangkan jika kita jual mobil tersebut, paling laku sekitar Harga Rp 107 Juta, artinya kita rugi. Jumlah yang sudah dikeluarkan Rp 111.600.000 sedangkan jika kita jual hanya sebesar Rp 107.000.000 serta saya masih harus bayar ke Leasing Rp 100.000.000. Artinya, saya hanya dapat lebih (sisa) Rp 7.000.000 dari Rp 111.600.000 yang sudah dikeluarkan, atau kita bisa anggap inilah ruginya beli mobil. Saya Rugi sebesar Rp 104.600.000 selama 2 Tahun.
Lalu, marilah kita kembali dengan menghitung berapa yang harus saya keluarkan ketika saya harus rental per bulan : Rp 4.500.000 x 24 Bulan maka diperoleh hasil sebesar Rp 108.000.000. Dan saya memperoleh keuntungan dari selisih ini sebesar Rp 3.600.000. Jadi saya masih untung membeli dengan cara kredit dibandingkan dengan saya melakukan rental. Ini persepsi dan perlakuan secara ekonomi. Saya memperoleh hasil lebih dari anggaran Rumah Tangga untuk Transportasi selama 2 Tahun sebesar Rp 3.600.000.
Akan berbeda jika saya, mendasarkan bahwa membeli mobil adalah investasi, maka saya akan teriak..... Hallo, rugi bingits ya investasi di mobil.
Lalu bagaimana jika sampai lunas saya lanjutkan melakukan cicilan, maka saya akan memperoleh untung dua hal. yakni, pertama : keuntungan dari sisa anggaran Rumah Tangga, dan yang kedua adalah keuntungan dari harga akhir mobil tersebut. Katakan harga mobil tersebut nanti hanya Rp 70 Juta pun, ini sudah angka untung. Namun berapa belanja yang saya lakukan untuk ini, setelah dihitung ternyata saya belanja sebesar Rp 193.000.000. (Wooow...).
Maka jika konsep kita salah, kita akan merasa rugi kredit mobil ini. Sehingga ayo, bijak. Bahwa Kredit mobil, bukanlah investasi tapi konsumsi.
Dengan prinsip ekonomi saya ini, maka pengajuan kredit mobil untuk yang ke-2 yang saya ajukan hari senin tanggal 4 Agustus 2014 ternyata hari ini sudah disetujui. Terima kasih kepada ACC Cirebon, yang sudah mengabulkan permintaan saya. Ini sebagai bukti, bahwa membeli mobil dengan cara kredit adalah mudah. Dan saya yakin, untuk seterusnya sesuai dengan kebutuhan, maka saya dengan mudah memperolehnya. Kalau pun ternyata, suatu saat nanti saya tidak bisa membayar cicilan karena usaha tidak memberikan kontribusi keuntungan, misalnya atau beban yang bertambah, saya tidak akan stress merasa kehilangan harta. karena itu bukan harta. Anggap saja saya beli baso. Masa setelah baso habis dimakan, saya merasa bahwa makanan tersebut adalah harta. hehehe...
Harus pula rekans ingat, bahwa kredit itu dari bahasa latin yaitu credere, yang artinya kepercayaan. Maka barangsiapa, yang sudah disetujui kredit mobilnya, maka Anda sudah dipercaya oleh leasing, untuk mendapatkan kendaraan tersebut. Maka jagalah kepercayaan tersebut, sehingga Anda memang Layak untuk dipercaya berikutnya.
Tulisan ini, menjawab perdebatan saya dengan rekan saya bahwa Kredit Mobil adalah Investasi katanya.
Ya .. sudah gitu saja, Terima kasih. Salam...!!!