Mohon tunggu...
Raudra Wiwandha
Raudra Wiwandha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Haloo! Perkenalkan, saya mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang sangat tertarik di bidang komunikasi, otomotif, dan bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Perfilman Jepang

18 September 2024   22:42 Diperbarui: 18 September 2024   23:23 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Industri film Jepang saat ini masih menunjukkan perkembangan yang dinamis dengan daya saing yang kuat di kancah internasional, khususnya di genre anime. Jepang terkenal dengan dua genre besar: anime dan live-action. Keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam hal teknologi, storytelling, dan segmen pasar.

Kelebihan industri film Jepang terletak pada kekayaan budaya yang kuat dan inovasi dalam animasi. Film-film animasi seperti Kimi no Na wa (Your Name) berhasil mencuri perhatian global dengan estetika visual yang memukau dan alur cerita yang emosional. Film ini dirilis pada 2016 dan dianggap sebagai salah satu karya terbaik Shinkai. 

Kimi no Na wa mengisahkan tentang dua remaja, Mitsuha dan Taki, yang secara misterius saling bertukar tubuh. Mereka hidup di tempat dan waktu yang berbeda, namun terhubung oleh ikatan takdir. Seiring waktu, mereka berusaha untuk bertemu secara langsung, meskipun berbagai rintangan menghalangi. Kimi no Na wa, karya Makoto Shinkai, meraih kesuksesan luar biasa dengan menjadi salah satu film animasi terlaris sepanjang masa di Jepang, mengalahkan Spirited Away dengan pendapatan lebih dari 331 juta USD. Animasi Jepang, atau anime, sering kali menggambarkan tema universal seperti cinta, persahabatan, dan waktu, yang mampu menjangkau audiens dari berbagai negara.

Namun, industri film Jepang juga menghadapi beberapa tantangan. Untuk film non-animasi, industri ini masih kurang mampu menembus pasar global dibandingkan dengan industri Hollywood atau bahkan Bollywood. Kurangnya distribusi internasional dan inovasi teknologi dalam produksi live-action sering dianggap sebagai kendala utama. Selain itu, di dalam negeri, persaingan dengan konten digital dari luar negeri, seperti layanan streaming global, juga menjadi ancaman bagi keberlanjutan popularitas film lokal.

Sebagai contoh studi kasus, Kimi no Na wa memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan industri film Jepang. Film ini sukses besar berkat kombinasi animasi berkualitas tinggi, cerita yang kompleks, dan pengembangan karakter yang mendalam. Sehingga, para penonton dapat merasa seperti berada pada posisi tokoh yang diceritakan serta ikut merasakan perasaan yang dirasakan oleh masing-masing tokoh dan ikut tersentuh dibuatnya. Namun, beberapa kritikus menyebutkan bahwa film ini memiliki kelemahan, seperti alur yang memerlukan konsentrasi tinggi dan penggunaan dialog yang terkadang terdengar klise. 

Secara visual, Kimi no Na wa menggabungkan lokasi-lokasi nyata di Jepang seperti Tokyo, Nagano, dan Gifu, yang memperkaya dunia fiksional dalam cerita. Ini menambah kesan realistis dan memungkinkan penonton merasa lebih terhubung dengan karakter dan setting. Keberhasilan film ini tidak hanya pada tingkat box office, tetapi juga membawa penghargaan internasional dan pujian dari kritikus film. Selain Kimi no Na wa, Makoto Shinkai juga dikenal dengan karya lain seperti Weathering with You (2019) dan 5 Centimeters per Second (2007), yang memiliki tema serupa tentang cinta, jarak, dan waktu, namun tidak ada yang berhasil mencapai tingkat fenomenal seperti Kimi no Na wa. 

Selain Makoto Shinkai, ada beberapa nama besar lainnya di industri film Jepang, seperti Hayao Miyazaki, yang dianggap sebagai legenda dalam dunia animasi. Di ranah live-action, sutradara seperti Hirokazu Kore-eda juga diakui internasional dengan karya-karya seperti Shoplifters yang memenangkan Palme d’Or di Festival Film Cannes.

Hal ini membuktikan bahwa industri film Jepang terus menunjukkan kekuatan di sektor animasi, sementara tantangan masih ada dalam mengembangkan film live-action dan memperluas penetrasi pasar internasional. Kesuksesan film seperti Kimi no Na wa menunjukkan potensi besar yang masih bisa digali di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun