Mohon tunggu...
Raudlatun Miftah
Raudlatun Miftah Mohon Tunggu... -

alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Shari'ah dan Hukum. kemudian melanjutkan studinya ke IAIN Sunan Ampel Surabaya konsentrasi PAI Fiqh.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

UN or UNAS Panen "Amplop"

26 April 2012   12:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari hari Senin tanggal 16-19 april- anak-anak SMA/MA bergegas ke sekolahnya masing-masing untuk mengikuti ujian nasional, mereka sudah mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian tersebut. dari try out, kemudian bimsus, doa bersama. begitu pula yang dilakukan anak-anak SMP/MTs pada tgl 23-26 april 2012.

para siswa memasuki ruangan masing-masing dengan penuh khidmat dan tenang, bagitu pengawas datang, siswapun langsung berdoa agar diberi kelancaran dalam menjawab soal-soal UN. soal UN terdiri dari 5 paket (a,b,c,d,e), oleh karena itu kemungkinan untuk menyontek antar siswa sangatlah mustahil. namun terkadang ketidak-PD-an dan kekhawatiran sekolah akan jawaban siswa yang kurang memuaskan sehingga terdapat beberapa sekolah yang masih memberikan bantuan terhadap siswanya.

pengawas ruang melayani siswa-siswa dengan baik, dari memberikan soal, ljk, dan meminta tanda tangannya. di sisi lain dari cerita di atas, ada hal yang sangat lumrah terjadi, yaitu panen "amplop". pengawas ruang sangat layak mendapatkan "amplop" tersebut, namun beberapa pihak yang hanya menggunakan kesempatan UN untuk turun mengontrol pelaksanaan UN dan berharap memanen amplop dari beberapa sekolah yang ia kunjungi. kalau dihitung dalam se-hari saja bisa memanen 10 "amplop" atau bahkan lebih.

inilah fenomena yang saya lihat saat ini, bagi para generasi muda "marilah kita mulai dari diri kita sendiri, agar budaya "amplop" kalau kata orang madura salam tempel tidak menjadi budaya layaknya pengemis profesional"

wallahu a'lam bisshawab.............

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun