Mohon tunggu...
Raudha Yulindra
Raudha Yulindra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Media Massa dalam Pembentukan Opini Publik

11 Januari 2024   18:09 Diperbarui: 11 Januari 2024   18:30 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Media massa berperan sebagai media informasi yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat, selain itu juga Media massa memiliki peran dalam membentuk sikap dan perilaku individu atau kelompok, bahkan pada tingkat masyarakat secara keseluruhan (Waziz: 2012;21).  Salah satu Fungsi media massa yang sangat penting pada saat ini adalah membantu pembentukan opini publik dan membentuk apa yang harusnya dipikirkan publik. Fungsi media tersebut dikuatkan dengan adanya teori agenda setting, yakni kemampuan media massa untuk mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa (Tamburaka, 2012:22).

   Peran media massa sangat berpengaruh dalam membentuk pandangan masyarakat, sehingga informasi yang disajikan dapat memengaruhi dinamika komunikasi sosial di kalangan masyarakat. Melalui media massa, individu atau kelompok tertentu dapat menyampaikan pesan mereka dengan mengatur penampilan informasi terlebih dahulu. Dengan menggunakan media massa, seseorang dapat menciptakan citra dirinya, meningkatkan popularitas tokoh tertentu. Sampai saat ini, media massa masih dianggap memiliki kekuatan yang besar dalam membentuk opini publik.

            Media memiliki peran utama dalam menentukan isu atau topik yang akan menjadi perbincangan di masyarakat, sehingga seringkali menciptakan kontroversi dan memengaruhi persepsi orang terhadap isu yang dibahas. Noelle-Neuman mengemukakan bahwa pandangan umum dari individu yang memberi tanggapan pada suatu ide tercermin dalam opini publik. Opini publik merupakan hasil dari interaksi dengan anggota dari suatu kelompok. Proses ini dipengaruhi oleh interaksi komunikasi antar individu yang menyampaikan pendapat mereka. Albig menegaskan bahwa jika opini tersebut masih berupa pemikiran tanpa diungkapkan secara langsung, maka belum dapat dianggap sebagai opini publik. Baru dapat disebut sebagai opini publik apabila telah diungkapkan secara langsung. Opini publik menitikberatkan pada pemikiran atau perasaan yang sama dari sekelompok orang dalam merespons suatu isu.

            Seperti pada abad ke-18 dan 19, media dijadikan sebagai alat propaganda dalam institusi pemerintahan. Pada masa tersebut, para ppolitikus dan pemerintah menyadari pengaruh media sebagai alat propaganda dan metode persuasif lainnya yang dapat digunakan untuk meraih atau mempertahankan posisi mereka. Dengan tujuan mengendalikan masyarakat, mereka mulai menciptakan, mendirikan, dan membiayai media publikasi seperti koran untuk menyebarkan berbagai jenis informasi. Akibatnya, media-media tersebut kemudian berubah menjadi arena pertempuran opini publik mengenai isu-isu sosial, politik, dan agama. Selama Perang Dunia Pertama, media berfungsi sebagai alat propaganda yang sangat efektif dalam membentuk pandangan dan perilaku masyarakat. Setiap negara besar yang terlibat dalam konflik tersebut, seperti Inggris, Perancis, Rusia, Italia, Amerika, Jerman, dan Austria-Hungaria, menggunakan sejumlah penulis, seniman, dan pembuat film untuk menciptakan narasi dan menyebarkan pesan politis. Tujuannya adalah untuk memobilisasi dukungan masyarakat terhadap perang yang mereka jalani, melemahkan semangat dan moral lawan, serta mengambil alih dukungan dari negara-negara yang awalnya netral.

            Contohnya, ketika kita membaca atau mendengar informasi mengenai penangkapan seorang artis karena terlibat dalam kasus narkoba, tentu berbagai perasaan akan muncul dalam diri kita. Reaksi tersebut bisa berupa perasaan puas, kesal, kasihan, bahagia, sedih, marah, atau kecewa. Perasaan puas dapat diartikan sebagai rasa lega terhadap penangkapan yang dilakukan, sedangkan perasaan kesal atau jengkel mencerminkan kekecewaan terhadap penyalahgunaan narkoba oleh seorang artis yang seharusnya menjadi contoh positif. Perasaan kasihan atau sedih mencerminkan keheranan dari masyarakat mengenai alasan artis tersebut melakukan tindakan yang salah. Sementara perasaan bahagia bisa diinterpretasikan sebagai kepuasan atau lega dari pihak yang tidak menyukai perilaku artis tersebut yang terkesan glamor dan pamer dalam setiap postingannya.

DAFTAR PUSAKA

Hendra, T. (2019). Media Massa Dalam Komunikasi Pembangunan. Jurnal At-Taghyir: Jurnal Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat Desa, 1(2), 136--152. https://doi.org/10.24952/taghyir.v1i2.1723

Imran, H. A. (2013). Media Massa, Khalayak Media, The Audience Theory, Efek Isi Media dan Fenomena Diskursif. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 16(1), 47. https://doi.org/10.31445/jskm.2012.160103

Theodoridis, T., & Kraemer, J. (n.d.). No Title. 21--27.

Belakang, A. L. (2012). Kom103326. 1--26.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun