Mohon tunggu...
Raudhatul Jannah
Raudhatul Jannah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mahasiswa USK Kenalkan Autimatic Fertigation System (AFS) IoT Kepada Warga Desa Luthu Lamweu

4 Desember 2024   20:04 Diperbarui: 4 Desember 2024   20:16 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok Pribadi

Banda Aceh, 23 November 2024 --- Dalam upaya mendukung pengembangan pertanian berbasis teknologi, sekelompok mahasiswa PBMT XI-KKN Tematik Universitas Syiah Kuala (USK) telah berhasil memperkenalkan sistem Automatic Fertigation System (AFS) berbasis Internet of Things (IoT) kepada warga Desa Luthu Lamweu, Kecamatan Darul Imarah. Program ini diinisiasi sebagai bagian dari pengabdian masyarakat sekaligus untuk membantu petani cabai meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil pertanian mereka.AFS adalah sistem irigasi dan pemupukan otomatis yang memanfaatkan teknologi IoT untuk mengoptimalkan distribusi air dan nutrisi tanaman. Dengan sistem ini, kebutuhan air dan pupuk dapat diatur secara presisi berdasarkan data yang dikumpulkan melalui sensor kelembapan tanah, suhu, dan kelembapan udara. Data tersebut kemudian diolah melalui aplikasi sehingga petani dapat memantau kondisi lahan secara real-time dari perangkat smartphone mereka.

Ketua tim pengabdian, Muhammad Habib menjelaskan bahwa inovasi ini dirancang untuk menjawab permasalahan petani yang sering kesulitan menentukan waktu dan jumlah pemupukan serta pengairan. "AFS IoT bertujuan untuk mengurangi pemborosan air dan pupuk sekaligus meningkatkan efisiensi kerja petani. Harapannya, teknologi ini bisa memberikan hasil panen yang lebih berkualitas," ujar Habib.

Dalam pelaksanaannya, mahasiswa USK tidak hanya memperkenalkan teknologi ini tetapi juga memberikan pelatihan intensif kepada warga desa tentang cara menggunakan dan merawat sistem tersebut. Warga Desa Luthu Lamweu menyambut antusias program ini, mengingat budidaya cabai sering menghadapi tantangan, seperti serangan hama, kekurangan nutrisi, dan perubahan cuaca yang tidak menentu.

Sementara itu, pengelola kebun cabai di desa Luthu Lamweu, (nama pak sekdes), mengatakan, ia sangat terbantu dengan alat tersebut.
"Teknologi ini sangat membantu kami karena sekarang kami bisa memastikan tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup tanpa khawatir salah takaran,"  ujarnya (tanya pak sekdes testimoni)

"Saya berharap dengan adanya IoT dapat mempermudah petani dalam bidang pertanian, ilmu tentang pertanian tidak hanya melulu secara konvensional namun teknologi seperti inilah yang harus kita edukasikan kepada desa dengan mata pencaharian utamanya adalah bertani, mendengar tanggapan yang diberikan pak sekdes cukup membuat saya dan anak anak merasa senang dikarenakan dapat menciptakan teknologi yang mumpuni bagi para petani"

Sistem pertanian berbasis IoT ini diharapkan menjadi langkah awal bagi petani lokal untuk beralih ke pertanian modern yang berkelanjutan. Dengan teknologi ini, potensi Desa Luthu Lamweu untuk produksi cabai berkualitas tinggi dapat semakin ditingkatkan, sekaligus menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Aceh untuk mengadopsi teknologi serupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun