Mohon tunggu...
Raudhatul Ilmi
Raudhatul Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer & Script Writer

Jangan Pernah Protes pada Proses

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Bukber Hemat dan Nikmat Bersama Keluarga

20 April 2023   09:43 Diperbarui: 20 April 2023   09:45 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buka bersama keluarga/disway

Tradisi buka puasa bersama adalah salah satu hal yang akan selalu ada  di bulan ramadhan bahkan dianggap sebagai salah satu momentum yang paling tepat dilakukannya reuni.

Banyak orang memenuhi undangan bukber berbagai level alumni mulai dari alumni SD sampai dengan alumni tingkat perguruan tinggi.

Namun saya pribadi tidak terlalu dominan menjalani tradisi yang satu ini. Palingan cuma bersama alumni SMA dan perguruan tinggi.

Untuk alumni SMA pun terakhir kali terjadi ditahun 2019. Itu artinya sudah berlalu 4 edisi Ramadhan. 

Saya memilih untuk tidak lagi ikut bukber dengan teman teman SMA karna mayoritasnya melalaikan shalat magrib bahkan tidak shalat sekali. Buat kita yang mau shalat pun kesannya seperti sok alim banget dan menjadi hal yang aneh.

Palingan kalau mau ikut bukber saya keseringan sama kawan saaat kuliah saja karna kalau dengan mereka mudah diajak kompromi, shalat Magrib pun tetap aman karna akan di booking tempat bukber yang ada tempat shalatnya.

Palingan kami tidak shalat tarawih aja. Sulit tarawih saat bukber bisa disebut sebuah masalah juga sebenarnya walaupun hukumnya sunnah.

Saya dikampus dikenal sebagai orang yang taat, jadinya pada edisi bukber tahun 2022 salah seorang teman saya tiba tiba bertanya setelah bukber selesai "kamu menstruasi ya hari ini?" lalu saya jawab tidak karna memang sedang tidak datang bulan.

Saya kira dia cuma sebatas bertanya. Namun ternyata dia melanjutkan "tapi kok bisa kamu bersedia ninggalin shalat tarawih untuk ikut bukber yang tidak berfaedah ini"

Dari perkataan terakhir dia tersebut saya tidak merespon apapun dan hanya bisa diam. Namun jujur kepala saya ikut memikirkannnya dan merasa apa yang dikatakan dia itu ada benarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun