Mohon tunggu...
La Ode Muh Rauda AU Manarfa
La Ode Muh Rauda AU Manarfa Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sosiologi Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh, mencari sesuatu untuk dibawa pulang kembali. Selama perjalanan mengumpulkan pecahan-pecahan pengalaman yang mungkin akan berguna suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Kompeni Belanda Melarang Orang Buton Mengkonsi Ikan

25 Juli 2024   03:44 Diperbarui: 25 Juli 2024   03:56 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Almarhumah nenek pernah berkisah bahwa dulu di Buton pernah dibuat semacam larangan agar orang Buton tidak boleh mengkonsumsi ikan. Setiap waktu tertentu akan diadakan pemeriksaan langsung ke periuk masakan orang Buton di dapur rumah masing-masing penduduk, bila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan ikan maka akan disita dan dijadikan santapan orang Belanda, selebihnya menjadi makanan orang Buton.

Neneku bercerita bahwa orang Buton tidak sebodoh yang orang Belanda kira, mereka memasak ikan dengan cara bersusun di dalam sebuah periuk, di mana ikan diletakan di dasar periuk berikut hidangan lainnya seperti sayur atau ubi ataupun jagung di atasnya, sehingga ketika makanan yang dimasak sudah matang dan kemudian ada pemeriksaan dari Belanda maka yang tampak secara visual dari permukaan periku hanyalah hidangan selain non ikan, yang tanpa Belanda ketahui ikan tersebut akan dikonsumsi selepas razia dilaksanakan.

Orang Buton tidak sepolos yang dikira Belanda, tidak selinear yang diperkirakan saat pemeriksaan, sebagai bagian dari entitas sosial pada umumnya yang akan selalu mencari jalan keluar bila mendapat masalah, orang Buton berupaya keluar dari getir krisis keadilan akan kondisi yang menimpa masyarakat Buton pada masa dominasi Belanda di Buton masa lampau. 

Orang Buton pada konteks tersebut terlihat turut di dalam tekanan, tetapi tetap mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang berakal dan mempergunakannya menyelesaikan tantangan zaman, mempersilahkan pihak memenangkan perlawanan tetapi di sisi yang lain tidak membuat diri orang Buton berada pada pihak yang kalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun