Sesampainya di area candi, pesona alam di sekitar terkesan sangat memanjakan mata. Tidak ada kata tidak setuju dalam benak saya bila Candi Borobudur dijadikan salah satu keajaiban dunia yang tak lekang oleh waktu. Kita bisa melihat Arca yang terdapat di dalam stupa melalui lubang-lubang berbentuk belah ketupat. Akan tetapi, kita tidak diiizinkan untuk meraih Arca tersebut. Stupa-stupa ini adalah simbol religi umat Buddha yang harus dihormati. Turis diberi waktu 15 sampai 20 menit untuk berfoto atau menikmati sendiri keindahan candi. Beberapa petugas kebersihan di area candi pun bersedia untuk memotret para turis.
Setelah waktunya habis, kami diminta untuk menghampiri pemandu. Kami turun dari tangga sebelah Barat. Di area pintu keluar, kami banyak berpapsan dengan pedagang-pedagang souvenir. Mereka cukup gigih dalam menjual dagangannya dan ada baiknya jika para turis menolak dengan sopan.Â
Selain itu, puluhan andong juga menunggu wisatawan untuk menggunakan jasanya. Andong merupakan kendaraan tradisional yang ditarik oleh kuda dan diarahkan oleh seorang kusir. Andong ditarif dengan harga seratus ribu rupiah per orang. Andong akan membawa wisatawan mengelilingi pelataran candi, desa di sekitarnya, dan mengunjungi pusat oleh-oleh.Â
Bapak kusir bersedia untuk menunggu wisatawan berbelanja di pusat oleh-oleh. Titik pemberhentian terakhir andong adalah kawasan parkiran. Hal yang paling mengesankan selama saya berkeliling menggunakan andong adalah melihat pedesaan yang bersih dan sawah yang masih terbentang luas.
Candi Borobudur, dengan segala pesonanya, mengukir kesan menakjubkan di hati saya.Â
Saya mendapatkan pengalaman wisata yang bermakna dari kunjungan ini. Indonesia merasa sangat beruntung memiliki tempat bersejarah seperti ini. Candi Borobudur merupakan bentuk kepiawaian nenek moyang kita dalam menyatukan kecerdasan, budaya, dan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H