Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jadi Dosen di Tapal Batas

12 Juni 2017   18:22 Diperbarui: 13 Juni 2017   15:23 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah dasar Desa Falila|koleksi pribadi

Jika Jakarta punya istilah tentang wilayah perbatasan sebagai “Halaman depan’ Media lalu mempertanyakan: “halaman depan wilayah perbatasan kenapa justru lebih buruk dari halaman belakang. Faktanya kehidupan warga di perbatasan manapun sampai detik ini, entah warga perbatasan Nunukan, Sebatik, Papua Nugini, Timor Leste dan khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah Morotai. Penulis hanya bisa menggambarkan satu kata yang tepat untuk mereka "memprihatinkan".

Sejauh mana kita harus berkorban adalah pertanyaan yang tidak sekedar butuh jawaban, tetapi bukti yang membawa perubahan. Jiwa nasionalisme kita betul betul diuji taatkala hidup di daerah –daerah terluaar, terdepan, atau terdalam. Wilayah –wilayah yang nyaris jauh dari kategori Modern, maju, sejahtera dan makmur. Kesetiaan menjadi satu satunya tali pengikat antara hati  dan pengabdian di tanah rantau hal ini yang dirasakan penulis saat memilih mengabdi menjadi dosen di sebuah tapal batas Negara dengan Filipina dan Negara Kepulauan Palau.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Ironi yang sungguh terjadi di negeri ini. Di saat negara lain begitu memperhatikan kondisi warga masyarakat di daerah perbatasan. Warga yang hidup di daerah perbatasan seakan di takdirkan untuk hidup terbatas. Janji selalu menyangkut kesabaran dan kebijaksanaan. Kondisi miris dan memprihatinkan yang penulis dapatkan taatkala berjalan dan berkunjung ke lokasi PPL dan dalam rangka safari ramadhan bersama wakil ketua DPRD Morotai Rasmin Fabianyo. Penulis melihat dengan mata kepala sendiri terhadap fasilitas pendidikan di desa Falila Kecamatan Morotai Utara. Kenyataannya, tiap kali pejabat kota datang ke desa Falila , mereka merasa prihatin dengan kondisi sekolah.
Desa Falila Sekolah Dasar|koleksi pribadi
Desa Falila Sekolah Dasar|koleksi pribadi
Nurani dan logika pemerintah saatnya digunakan demi membantu anak-anak desa yang ada di kepulauan Morotai. Sebab bangsa Moro punya sejarah hebat di masa lampau yang merupakan basis dan penentu dari peperangan perang dunia ke II. Yang menjadi basis pangkalan militer Jepang dan Amerika Serikat. Pulau Morotai juga mempunyai keindahan alam pulau dan pantai yang sangat cantik untuk destinasi wisata kelas dunia. Sebab jangan sampai negara sekelas Jepang dan Amerika dan mencaplok pulau ini dikelola dan dimakmurkan penduduknya. Sebab bisa jadi kata sabar dan tabah mengenai kondisi ini membuat mereka sedih dan merasa dianaktirikan pemerintah pusat dan lebih mempercayai pihak asing untuk mengelolanya. Hal ini tentu saja menjadi warning bagi pemerintah pusat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun