Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rantai Kemiskinan dan Politik Uang

28 November 2024   19:24 Diperbarui: 28 November 2024   19:43 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemiskinan di Indonesia telah menjadi lingkaran yang sulit diputus. Banyak yang mempercayai bahwa rezeki adalah sesuatu yang akan datang dengan sendirinya. Namun, kenyataannya, mereka yang menunggu itu kerap terjebak dalam ketidakpastian tanpa akhir.

Berbagai upaya untuk mengurangi kemiskinan terus dilakukan, namun angka yang tinggi menunjukkan realitas yang berbeda. Tantangan terbesar bukan hanya pada jumlah orang miskin, melainkan juga pada sistem yang terus mempertahankan kondisi ini.

Masalah utama sering berakar pada rendahnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Lulusan perguruan tinggi pun menghadapi kenyataan pahit, di mana pasar lebih menghargai keterampilan teknis daripada sekadar ijazah akademik.

Politik uang adalah gambaran lain dari dampak kemiskinan yang meluas. Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi sasaran empuk bagi politisi yang menawarkan janji kosong dan sejumlah uang sebagai imbalan suara.

Keadaan ini menciptakan siklus yang mengkhianati esensi demokrasi. Masyarakat miskin kehilangan kemampuan untuk memilih pemimpin yang benar-benar membawa perubahan, karena pilihan mereka telah dibeli dengan nilai yang sangat rendah.

Janji-janji politik sering kali hanya menjadi retorika sebelum pemilu. Setelah kemenangan diraih, kebutuhan rakyat kecil kembali diabaikan, seolah-olah suara mereka tak pernah berarti sejak awal.

Sumber daya alam Indonesia yang melimpah seharusnya menjadi modal besar untuk memperbaiki keadaan. Namun, potensi ini justru dieksploitasi oleh segelintir elit, sementara masyarakat miskin tetap berkutat dalam keterbatasan.

Di era digital, media sosial menambah lapisan kompleksitas. Informasi yang tersebar, sering kali tanpa kebenaran, membentuk opini masyarakat miskin. Mereka menjadi target manipulasi politik yang terus memanfaatkan ketidaktahuan.

Namun, ada jalan keluar jika semua pihak bersedia berkomitmen untuk perubahan. Pendidikan politik harus ditanamkan agar masyarakat memahami hak mereka dan melawan politik uang dengan cerdas.

Selain itu, kebijakan yang berpihak pada rakyat harus benar-benar diwujudkan. Transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam sangat penting agar manfaatnya dapat dirasakan oleh semua kalangan, bukan hanya segelintir orang.

Langkah hukum terhadap pelaku politik uang juga harus tegas. Ini adalah kunci untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi yang selama ini ternodai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun