Di sebuah sudut kota, terdapat seorang pria yang duduk termenung di depan warung kecilnya yang sepi pengunjung. Namanya Joko. Setiap hari, ia hanya menghabiskan waktu dengan mengeluh tentang nasibnya yang malang.
"Kenapa hidup ini begitu susah? Kenapa rezeki begitu jauh dari saya?" gumamnya sambil menatap kosong ke jalanan yang berlalu lalang.
Padahal, dulu Joko adalah seorang yang cerdas. Ia memiliki kesempatan besar untuk melanjutkan pendidikan, tetapi ia memilih untuk tidak melakukannya. "Ah, belajar itu membosankan," katanya waktu itu. Tahun demi tahun berlalu, dan sekarang ia hanya bisa menyesali keputusan masa lalunya.
Semua itu adalah pilihannya. Sekarang, hidupnya penuh dengan kesulitan, dan ia terus mengeluh tanpa melakukan apa-apa untuk mengubahnya.
Suatu hari, Joko bertemu dengan seorang teman lama, Andi, yang kini menjadi seorang pengusaha sukses. Mereka berbincang-bincang, dan Andi mendengar keluh kesah Joko dengan sabar.
"Jok, nasib orang memang beda-beda, keberuntungan orang juga beda-beda," kata Andi. "Tapi pertanyaannya, apakah kamu SUDAH sungguh-sungguh mencoba? Dalam belajar, berbisnis, dan berbagi. Sudah?"
Joko terdiam. Pertanyaan Andi menggema di pikirannya. Sudahkah ia benar-benar mencoba? Atau hanya berdiam diri menunggu keberuntungan datang?
Andi kemudian bercerita tentang perjalanannya. Ia juga pernah mengalami masa-masa sulit. Namun, ia memilih untuk tidak menyerah. Setiap hari ia belajar hal baru, berhemat, mencoba berbagai usaha, dan berbagi dengan sesama. Ketika gagal, ia bangkit dan mencoba lagi.
"Sebagian orang mungkin nasibnya gitu-gitu aja setelah berjuang sekian lama," lanjut Andi. "Mungkinkah? Itu masih mungkin terjadi. Tapi apa solusinya? Berjuang lagi. Belajar. Berbisnis. Berbagi. Dan seterusnya. Jangan berhenti di tengah jalan."
Kata-kata Andi seperti tamparan keras bagi Joko. Ia menyadari bahwa selama ini ia hanya menunggu tanpa melakukan apa-apa. Keberuntungan tidak akan datang sendiri jika ia tidak berusaha untuk meraihnya.