Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rezeki Terbunuh Karena Kebiasaan Kecil

6 Juni 2024   17:56 Diperbarui: 6 Juni 2024   18:00 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar : Einamdali.com

Seringkali kita mendengar keluhan tentang sulitnya mencari rezeki, terutama dari mereka yang hidup dalam kemiskinan. Rezeki seolah-olah menjauh, padahal kerja keras sudah dikerahkan. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa mungkin ada kebiasaan-kebiasaan kecil yang tanpa disadari justru membunuh rezeki itu sendiri?

Mari kita ambil contoh sederhana. Bayangkan seorang pekerja bangunan yang terbiasa mencuri paku atau semen dari proyek. Sekilas, tindakan ini mungkin terlihat sepele. "Ah, cuma paku doang," pikirnya. Namun, tahukah ia bahwa tindakan kecil ini bisa berdampak besar pada rezekinya? Ketika ia mencuri, ia sebenarnya sedang membangun reputasi sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. Bagaimana mungkin seorang mandor atau pemilik proyek akan memberikan tanggung jawab lebih besar, seperti menjadi kepala tukang atau mendapatkan proyek pribadi, kepada seseorang yang sudah terbukti tidak jujur dalam hal kecil?

Inilah yang seringkali tidak disadari oleh banyak orang miskin. Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti berbohong, menipu, mencuri kecil-kecilan, bermalas-malasan, atau melanggar moral lainnya, perlahan tapi pasti menutup pintu-pintu rezeki yang seharusnya bisa terbuka lebar jika mereka bekerja dengan benar.

Bayangkan seorang pedagang kaki lima yang suka mengurangi takaran timbangan atau mencampur dagangannya dengan bahan berkualitas rendah. Mungkin ia bisa mendapatkan keuntungan lebih besar dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, pelanggan akan meninggalkannya karena merasa tertipu. Reputasi buruknya akan menyebar, dan rezekinya pun akan semakin seret.

Begitu pula dengan seorang karyawan yang sering datang terlambat, tidak disiplin, atau bekerja asal-asalan. Ia mungkin masih bisa bertahan di pekerjaannya untuk sementara waktu, tetapi sulit baginya untuk mendapatkan promosi atau kenaikan gaji. Peluang-peluang untuk meningkatkan taraf hidupnya pun menjadi terbatas.

Kebiasaan-kebiasaan buruk ini seperti virus yang perlahan-lahan merusak sistem kekebalan tubuh. Jika tidak segera diobati, virus ini akan semakin menyebar dan melemahkan tubuh, membuat kita rentan terhadap berbagai penyakit. Begitu pula dengan kebiasaan buruk, jika tidak segera diubah, akan semakin mengakar dan merusak karakter, membuat kita sulit untuk meraih kesuksesan dan kesejahteraan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu introspeksi diri dan mengevaluasi kebiasaan-kebiasaan kita. Apakah ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang tanpa sadar kita lakukan? Jika ada, segeralah berusaha untuk mengubahnya. Ingatlah, rezeki tidak hanya datang dari kerja keras, tetapi juga dari kejujuran, integritas, dan moral yang baik.

Mari kita tanamkan dalam diri kita bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, memiliki konsekuensi. Jangan biarkan kebiasaan buruk membunuh rezeki kita sendiri. Setiap pagi, ketika kita memulai hari, ingatlah bahwa rezeki tidak hanya datang dari usaha keras, tetapi juga dari sikap dan tindakan kita yang jujur dan benar.

Introspeksi dan perubahan kecil dalam kebiasaan kita dapat membuka pintu-pintu rezeki yang lebih luas. Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri, mengubah kebiasaan buruk menjadi baik, dan melihat bagaimana rezeki mengalir dengan lebih lancar dalam hidup kita. Sebab, rezeki yang berkah datang dari hati yang bersih dan tindakan yang jujur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun