Dalam perjalanan hidup, kita seringkali terjebak dalam keyakinan dan identitas yang telah terbentuk sejak lama. Keyakinan ini, yang kita sebut sebagai 'belief', bukan hanya sebatas pemikiran semata, tetapi juga telah menjadi bagian dari identitas diri kita. Identitas ini terbentuk dari pengulangan-pengulangan kalimat dan keyakinan yang kita dengar dan kita yakini sejak kecil. Sebagai contoh, ungkapan seperti "Di keluarga kita, tidak ada darah pengusaha. Kita ini keluarga guru!" sering terdengar dalam beberapa keluarga. Kalimat ini terus diulang-ulang, hingga akhirnya menjadi sebuah keyakinan kuat dan bagian dari identitas seseorang.
Saya teringat akan kisah seorang guru, yang saya kenal, yang selalu menganggap dirinya hanya cocok menjadi guru dan bukan pengusaha. Belief seperti ini tidaklah salah, namun dalam konteks pembahasan kita, yaitu identitas sebagai pengusaha, terdapat suatu kesalahpahaman. Identitas yang sudah tertanam kuat dalam diri seseorang tidak mudah untuk diubah. Namun, kabar baiknya adalah kita tidak perlu mengubah identitas secara radikal untuk membuka peluang baru dalam hidup kita.
Mari kita bahas lebih lanjut dengan sebuah contoh nyata. Misalkan ada seorang wanita bernama Rina, seorang guru di sekolah dasar. Rina tumbuh dalam keluarga yang sangat menghargai profesi sebagai guru. Sejak kecil, ia terbiasa mendengar bahwa keluarganya bukanlah keluarga pengusaha, melainkan keluarga guru. Belief ini telah melekat kuat dalam dirinya hingga ia tumbuh dewasa. Rina begitu yakin bahwa dirinya hanya cocok menjadi guru dan tidak lebih.
Namun, kehidupan seringkali memberikan kejutan. Suatu hari, Rina mendapat kesempatan untuk mengembangkan usaha di bidang pendidikan. Awalnya, ia ragu. Belief yang telah lama tertanam membuatnya berpikir bahwa dirinya tidak cocok untuk dunia bisnis. Namun, dengan dorongan dari beberapa teman, Rina mulai berpikir ulang. Ia mulai mempertanyakan belief yang telah lama menjadi bagian dari identitasnya. "Apakah benar saya tidak bisa menjadi pengusaha?" tanya Rina pada diri sendiri.
Dengan penuh keraguan, Rina memulai usahanya. Ia memulai dengan skala kecil, menyediakan kelas tambahan di luar jam sekolah. Perlahan tapi pasti, usahanya mulai berkembang. Rina menyadari bahwa dirinya bukan hanya seorang guru, tapi juga bisa menjadi pengusaha yang sukses. Ia belajar bahwa identitas bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis, yang bisa berkembang dan berubah sesuai dengan tindakan dan keputusan kita.
Kisah Rina ini adalah contoh nyata bahwa seringkali kita terjebak dalam definisi identitas yang sempit. Kita terperangkap dalam keyakinan yang dibangun oleh lingkungan dan pengalaman masa lalu kita. Namun, ketika kita berani melangkah keluar dari zona nyaman, ketika kita berani mempertanyakan dan mungkin bahkan mengubah belief yang telah lama kita pegang, kita akan menemukan bahwa identitas kita jauh lebih fleksibel daripada yang kita bayangkan.
Identitas bisa berkembang, bisa berubah, sesuai dengan pengalaman baru yang kita temui. Kita tidak harus terjebak dalam satu definisi diri yang sempit. Seorang guru bisa menjadi pengusaha yang handal. Seorang yang penakut bisa menjadi pemimpin yang berani. Semua itu mungkin terjadi, asalkan kita berani mempertanyakan dan meluaskan definisi identitas kita.
Pada akhirnya, perjalanan mengenal dan menantang identitas diri adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Tidak mudah untuk mengubah belief yang telah lama kita pegang. Namun, dengan kesadaran, keberanian, dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita, kita bisa memperluas horizon kita. Kita bisa menjadi lebih dari yang kita pikirkan sebelumnya. Identitas bukanlah sesuatu yang kaku dan tetap, melainkan sesuatu yang dinamis dan bisa berkembang seiring berjalannya waktu. Ini adalah pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup Rina dan banyak orang lainnya yang berani menantang batasan identitas mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H