Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Dosen - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital Lecturer Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duet Maut Judi dan Pinjol Bisa Hancurkan Sebuah Bangsa

3 Januari 2024   06:54 Diperbarui: 3 Januari 2024   06:54 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita berada di era di mana teknologi memudahkan segalanya, termasuk hal-hal yang seharusnya sulit. Ambil contoh judi online slot. Permainan yang sebelumnya hanya terjangkau oleh kalangan tertentu kini merambah ke semua lapisan masyarakat, terutama mereka yang berada di strata ekonomi menengah ke bawah. Ketersediaannya di ujung jari, melalui ponsel pintar, menjadikannya lebih dari sekadar ancaman; ini adalah epidemi.

Taruhan rendah, janji kemenangan besar, siapa yang tidak tergiur? Hanya dengan seratus ribu atau bahkan kurang, seseorang bisa 'bermain'. Tapi inilah jebakan. Permainan yang dirancang untuk menghasilkan keuntungan bagi penyelenggara ini, pada akhirnya, mengikis tabungan, dan yang lebih buruk, menggiring ke lembah utang.


Terjerat dalam mimpi mendapatkan uang besar, banyak yang tidak menyadari bahwa uang mereka lenyap, dan yang tersisa hanyalah tumpukan utang. Dari sini, pinjaman online menjadi 'penyelamat' semu. Dengan proses yang cepat dan persyaratan minim, pinjaman online seringkali menjadi pilihan. Tapi, lagi-lagi, ini adalah perangkap lain. Bunga tinggi, syarat ketat, dan jadwal pembayaran yang menindas menjadikan pinjaman online bukan solusi, melainkan awal dari masalah baru.


Dampaknya tidak hanya terasa pada individu, tetapi juga merambat ke keluarga. Banyak kasus menunjukkan bagaimana kecanduan judi online dan beban utang menyebabkan ketegangan dalam rumah tangga, yang tak jarang berujung pada perceraian. Anak-anak dan pasangan yang terbengkalai menjadi korban dari sebuah permainan yang tak pernah dimenangkan.


Kita harus melihat ini sebagai sebuah peringatan. Judi online dan pinjaman online, duet maut ini, bukan hanya merugikan secara finansial tetapi juga merusak struktur sosial dan moral. Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bersama-sama menghadapi masalah ini, tidak hanya dengan regulasi yang lebih ketat, tapi juga dengan edukasi dan dukungan sosial bagi mereka yang terjebak dalam lingkaran setan ini.


Sungguh, Rhoma Irama telah mengingatkan dalam lirik lagunya bahwa Judiiiiiii....." menjanjikan kemenangan!!!!, tapi yang terjadi justru kekalahan yang menyedihkan, bukan hanya bagi individu, melainkan juga bagi keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Sebuah pelajaran yang harus kita renungkan bersama, di mana harapan palsu hanya akan mengantarkan pada kerugian yang nyata.

Hal ini tidak bisa menutup mata dari kenyataan bahwa banyak keluarga yang sudah terperosok ke dalam lubang hitam ini. Kisah-kisah pahit tentang bagaimana judi online dan pinjaman online merusak kehidupan bukan hanya angan-angan. Ini adalah realitas yang harus dihadapi dengan serius. Kesejahteraan ekonomi keluarga tidak hanya tentang penghasilan, tetapi juga tentang bagaimana mengelola penghasilan tersebut dengan bijak.


Masyarakat harus diberdayakan untuk memahami pentingnya literasi keuangan. Dengan pemahaman yang baik tentang pengelolaan keuangan, diharapkan mereka dapat menghindari jeratan judi online dan pinjaman online. Lebih jauh lagi, ini adalah tentang membangun ketahanan ekonomi keluarga. 

Ketahanan ini tidak hanya datang dari pemasukan yang stabil, tetapi juga dari kemampuan untuk tidak tergoda oleh janji-janji manis yang pada akhirnya hanya akan membawa bencana.
Sektor pendidikan juga memegang peran penting dalam hal ini. 

Pendidikan tentang bahaya judi online dan pinjaman online harus menjadi bagian dari kurikulum, terutama untuk anak-anak dan remaja yang sangat rentan terhadap pengaruh buruk teknologi.

 Mereka harus diajarkan tentang nilai-nilai kehidupan yang sehat dan bagaimana cara menghadapi godaan-godaan yang mungkin merusak masa depan mereka.
Kemudian, bagi mereka yang telah terjebak, harus ada jalur keluar. Pemerintah bersama dengan lembaga keuangan dan LSM bisa bekerja sama dalam membuat program rehabilitasi dan konseling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun