Dalam era globalisasi yang terus berkembang, persaingan yang sehat di antara para pengusaha lokal memiliki peranan penting dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).Â
Tentu saja dengan  menekankan pentingnya persaingan yang sehat untuk mendorong pertumbuhan UMKM.Â
Namun, saya melihat  banyak UMKM yang kurang memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan riset dan pemasaran yang tepat. Mereka sering kali bersikap negatif, malas untuk belajar dan berkembang.
 Ada bebera  beberapa faktor yang berkontribusi pada hal ini, termasuk kurangnya etos belajar, sistem pendidikan yang terlalu prosedural, dan budaya keluarga yang salah mengartikan nilai dari kerja keras.
Pertama-tama, faktor utama yang diangkat adalah kurangnya etos belajar di antara para pengusaha UMKM. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki keinginan untuk terus belajar dan mengikuti perkembangan pasar.Â
Mereka enggan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Pada saat yang sama, sistem pendidikan yang terlalu terfokus pada prosedur dan kurang memberikan ruang untuk inovasi juga menjadi faktor penghambat bagi pengusaha dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan solutif.
 Karena itu, diperlukan perubahan dalam pendekatan pendidikan yang mendorong semangat kewirausahaan, pengetahuan teknis yang lebih luas, serta kemampuan berpikir kritis.
Selain itu, budaya keluarga juga memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan siklus kerja di dalam bisnis. Ketika budaya keluarga salah mengartikan nilai dari kerja keras, maka pengusaha UMKM cenderung mengalami kesulitan dalam mencapai kesuksesan.Â
Banyak keluarga yang menghargai pencapaian instan tanpa mengetahui perjuangan yang ada di baliknya. Hal ini menyebabkan kurangnya kesediaan untuk mengambil risiko dan mengembangkan UMKM secara maksimal.Â
Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan dalam budaya keluarga, dengan memperkenalkan pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya kerja keras, ketekunan, serta keteguhan dalam mencapai tujuan.