Ledakan di masa depan adalah Generation useless. Bayangkan Apa yang terjadi ketika di mana-mana perusahaan-perusahaan kemudian menggunakan robobt sebagai tenaga kerja otomatis. penyebabnya tentu saja adalah karena biaya produksi untuk menghasilkan robot system software dan lain sebagainya telah turun begitu besar turunnya sekitar 65% sementara biaya tenaga kerja di seluruh dunia. Setiap tahun itu mengalami peningkatan antara 2 sampai 15% Jadi ini sebuah paradoks sekali di satu pihak. Biaya tenaga Kerja dan biaya untuk menggaji kita itu mengalami peningkatan tiap tahun seperti UMR. Â sementara biaya robot sebagai pengganti kita itu justru semakin murah semakin murah semakin murah apalagi ditekan oleh pandemi urusan-urusan tidak bisa berproduksi Karena perusahaan harus melakukan pembataasan sosial.
Beberapa tahun kedepan akan terjadi pengurangan tenaga kerja di seluruh dunia akibat otomatisasi ada 47% tenaga kerja di seluruh dunia yang dapat digantikan oleh mesin tahun 2026 dan yang terbesar adalah para pekerja kelas menengah menurut BBC sekitar 40% World Economic forum sendiri memberikan angka yang lebih moderat angkanya lebih rendah yaitu 85 juta orang yang akan terdampak dan pekerjaan-pekerjaan yang terdampak ini sudah kita lihat di mana-mana saja call center digantikan autobot atau customer service. Begitu juga dengan  data entry admin akuntansi auditor hingga penjaga pintu tol yang sudah dihilangkan akibat otomatisasi.
Pekerjaan yang sangat besar yang ada di setiap negara kemudian kita lihat lagi apa yang terjadi di Amerika Serikat menggunakan robot industri selama pandemi telah meningkat sekitar 14% dan ada 20 juta pekerja yang akan kehilangan pekerjaan sampai tahun 2030 bahkan  awalnya saja telah turun sekitar 13% diperkirakan akan ada sekitar 33% pekerjaan baru yang belum ada sebelumnya. Bagaimana di Indonesia menurut studi melakukan migrasi pada tahun 2019 ternyata akan ada 23 juta pekerjaan yang dapat digantikan robot tetapi ada sekitar 40 jutaan pekerjaan baru yang bisa diciptakan hanya saja pekerjaan-pekerjaan yang tadi menjadi itu belum tentu otomatis bisa mengisi pekerjaan pekerjaan baru yang tersedia saya menduga sekitar 20% saja karena ada 10000000 pekerjaan yang benar-benar.
SDM kita memerlukan keterampilan keterampilan bahkan bisnis proses dan cara kerja yang baru selama pandemi di Indonesia diketahui bahwa ada sekitar 4,4 juta orang yang keluar dari BPJS Ketenagakerjaan dan ada 1,8 juta pengangguran yang terdampak oleh covid .nanti kalau pada tahun 2018 sebelum terjadi pandemi jumlah pengangguran di sekitar 7,0 maka pada bulan Agustus tahun 2021 mencapai 9,1 juta dan ternyata pengangguran ini menyebar luas sekali. Menurut data yang diberikan oleh pihak Kadin pada tahun 2020 industri yang paling terdampak  itu tekstil sekitar 2,1 juta kemudian transportasi darat 1,4 juta orang maka para pekerja di restoran satu Hotel 400.000 naik yang bekerja di sektor industri sepatu dan alas kaki terdapat di 500.400 Farmasi Rp200.000 dan lain-lainnya.
Cukup besar namun ini tidak terjadi di Indonesia terjadi di seluruh dunia bahkan ada negara-negara yang jumlah penganggurannya lebih besar lagi dan dimana mereka mengalami pengangguran yang terbesar itu justru di perkotaan jika sebelum pandemi angka pengangguran yang di sekitar 6 setengah persen, maka pada tahun 2021 telah menjadi 8,3% Kalau saya tidak mengatakan berdasarkan data tidak terjadi peningkatan juga terjadi peningkatan namun pertumbuhannya begitu kecil dari 3,7% sebelum pandai ini menjadi 4,7% tentu saja tenaga kerja muda yang tadinya berada di perkotaan harus disambut dengan pekerjaan pekerjaan baru di desa maka Dana Desa bisa menjadi penyelamat kalau bisa memilih pemimpinnya yang amanah kita menyaksikan banyak perusahaan telah melakukan inisiatif inisiatif yang sangat penting misalnya dalam dunia it telah ada Kids profile
Ia yang dibuat untuk bisa menulis coding secara otomatis kemudian kita juga lihat Amazon misalnya telah mempunyai software untuk bisa menyortir barang di werehouse mereka. pakan apa pengiriman pengiriman di dalam gudang secara otomatis ada chat bot yang bisa digunakan untuk menggantikan tester servis atau customer contact center dan kemudian juga ada lagi upaya-upaya untuk membuat ia atau otomatisasi dalam bidang HRD softwarenya bernama aps Indonesia digunakan untuk men-screen kandidat dan di pabrik-pabrik bisa digunakan obat yang produksinya sekarang meningkat terus pakan peminatnya saat besar di dalam pertanian kita juga melihat ada software yang pertama grits petani. Oleh karena itu continuous learning dan pengetahuan dan keterampilan baru sangat dibutuhkan sebuah studi mengatakan bahwa 87% SDM seluruh dunia mengalami skill skate 50
Dunia memerlukan pelatihan ulang angkanya diperkirakan sekitar lebih dari 120 juta pekerja yang membutuhkan pelatihan ulang ini pada tahun 2020. Namun demikian saya memberikan catatan bahwa pemimpin di seluruh dunia termasuk pemimpin Indonesia telah memberikan upaya yang sangat besar untuk melatih pulang kerja hanya saja sayangnya apa yang mereka cari ternyata masih melakukan over kredit menurut studi yang kami baca ternyata sebagian besar para pengguna kartu pra kerja menggunakannya pada cara membuka bisnis kopi. Bayangkan kalau semua orang kemudian membuka bisnis kopi harga kopi menjadi murah dan siapa yang akan minum kopi di sana kalau di mana-mana ada kedai kopi. Yang juga perlu kita kritisi adalah para pengguna kartu pra kerja yang justru menggunakannya untuk kelas-kelas gaya hidup misalnya saja kelas Yoga peminat
Tentu saja perlu kita hargai upaya-upaya yang dilakukan oleh para pencari pekerjaan yang mencari kelas  khusus yang lebih bermanfaat bagi dunia namun harus dicatat bahwa para penyelenggara kursor belum bisa menawarkan kursus-kursus yang baik ini adalah catatan kita adalah sebuah persoalan besar yang harus dihadapi para pemimpin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H