Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ideologi Para Pelaku Bom Surabaya

13 Mei 2018   13:55 Diperbarui: 14 Mei 2018   07:44 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ; Fotolia.com

Para pelaku bom surabaya mungkin punya doktrin kuat. Dan ideologi tersendiri yang akan sangat ia pegang teguh. Hingga ada kemungkinan pelaku melakukan bom bunuh diri.

Ideologi seseorang, ideologi apapun juga, yang bertentangan dengan akal sehat, hati nurani, ajaran agama, dan dengan kebenaran-kebenaran universal (universal truths) seharusnya dientaskan dari dirinya sebagai penganut. Tujuan pengentasan ialah supaya dia boleh menempuh jalan keselamatan, kebahagiaan, dan harmoni hidup dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya.

Namun, pengentasan itu bisa gagal atau bahkan justru bisa  menyudutkan seseorang yang dianggap sesat ke jalan yang semakin sesat. Diapun akan semakin jauh dari kebenaran yang dijadikan pilihan arah dari pengentasannya. Dia akhirya sulit menemukan jalan pembebasan yang benar, adil, manusiawi, dan

berkasih sayang. Dia bahkan dihakimi masyarakat sebagai penjahat atau seseorang yang harus terbuang, lalu terasing dan sepi dari kepedulian sosial. Ideologi adalah pandangan hidup yang abstrak sehingga tak

bisa ditembus peluru, tak bisa dibantai, dan mustahil bisa dibunuh. Jalan keluarnya ialah menawarkan kebenaran, keadilan dan kasih sayang sebagai nilai alternatif pembanding untuk dipilih dengan bebas dan ikhlas.

Selain nilai-nilai demikian, siapapun yang dengan niat tulus mau menyelamatkan seorang yang sesat secara ideologis harus tampil sebagai pribadi yang bersikap, bertutur kata, dan bertindak menurut nilai-nilai yang dia sampaikan. Keteladanan seorang adalah daya mesianik atau daya pembebasan yang menempati posisi prioritas.

Perlakuan manusiawi yang penuh rasa kasih sayang kepada seorang yang dianggap sesat jalan hidupnya harus dapat dia rasakan. Perlakuan demikian tidak menutup perlakuan dalam wujud represi terukur yang terasa fair atau adil dan proporsional terhadap seorang sesat yang hendak dipulihkan. Sesungguhnya, apa yang dilakukan bertujuan membersihkan citra Ilahi dalam diri seorang yang tercemar oleh ideologi menyesatkan yang dianut dan dijalaninya sebagai pasien ideologi sesat yang butuh penyembuhan.

Sepanjang hidup kita akan ditemukan berbagai kesesatan, termasuk kesesatan, kekilafan, dan kekeliruan yang kita alami atau lakukan sendiri. Sambil berusaha memulihkan orang lain dari jalan sesat yang membahayakan hidup orang banyak, kita harus jujur dan berani untuk merawat diri sendiri.

Kita harus siap dan ikhlas mendengar saran, dan teguran atau bahkan ancaman pihak lain yang dengan niat baik mau menolong kita. Berdasarkan  prinsip saling tolong, kita berjuang maju bersama dan bersatu dalam kebenaran dengan saling mengingatkan jalan benar yang harus ditempuh bersama dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun