Hiruk pikuk Liga 1 akan segera dimulai jadwal perdana telah dirilis yakni 23 Maret 2018 . Tiap kontestan juga telah menyiapkan skuad terbaik nan yahud. Hal ini dibuktikan saling bajak membajak pemain antar klub liga 1 saat ini. Ada pemain datang dan pergi sesuai kebutuhan club. Laga uji coba pun cukup marak di lakukan, mulai dari turnamen pramusim, piala presiden, piala gubernur kaltim, dan turnamen Trofeo Borneo.
Semua itu dilakukan dengan satu tujuan merebut supermasi tertinggi sepakbola Liga 1 Indonesia. Namun satu hal yang perlu ditakutkan para supoter adalah mafia judi bola. Karena hal ini terkait erat dengan pengaturan skor yang bisa merugikan tim manapun.
Bandar-bandar judi kelas kakap tidak jarang punya kemampuan super yahud dalam pengaturan skor akhir dengan cara menjinakkan wasit. Jika wasit bisa diatur skor pertandingan pun bisa diatur. Wasit adalah raja di lapangan. Semua pihak harus tunduk pada keputusan wasit. Pelatih dan manager yang duduk di bench pun bisa diusir oleh wasit.
Modus operandi wasit-wasit yang dikuasai mafia ini bisa dilihat t kasat mata. Diantaranya adalah Berikan hukuman keras kalau perlu Red Card jika tim yang ingin dibela, meniup peluit offside ke pemain yang nyaris saja cetak gol, Menghadiahkan tendangan penalty padahal posisi belum di kotak penalty,membiarkan lawan menyerang padahal terjadi handball, Memberikan injury time lebih dari limit hingga terjadi gol dengan tim yang ingin dimenangkan.
Permainan curang juga sangat kentara apabila tim yang hendak dimenangkan menjadi tuan rumah biasa ada istilah curi point.
Pada liga 1 tahun kemarin PSSI mencoba menggunakan format wasit asing. Format ini karena hendak melihat nilai-nilai pengadil wasit Internasional kepada wasit local. Namun tetap saja ada beberapa keputusan controversial yang dilakukan pada musim lalu yang semoga menjadi medium pembelajaran musim ini.
Bhayangkara FC Juara yang dihujat
Saat Bhayangkara FC bertandang ke kandang Mitra Kukar, sebenarnya pertandingan itu berakhir dengan skor 1-1 untuk kedua tim. Namun Bhayangkara FC melayangkan protes kepada PSSI karena Mitra Kukar telah menurunkan pemain gelandangnya, Mohammed Sissoko, yang tengah menjalani hukuman larangan bertanding.
Larangan itu sebenarnya hanya berlaku sekali saja saat Mitra Kukar melawan Persib Bandung. Namun PSSI mengklaim bahwa mereka telah menambahkan hukumannya dengan dua kali larangan bertanding dan denda Rp 100 juta yang telah diberitahukan lewat pesan elektronik pada Mitra kukar.
Anehnya, Mitra Kukar sendiri tidak tahu menahu soal pemberitahuan itu dan menyebabkan mereka mengajukan banding pada PSSI. Namun PSSI tetap pada keputusannya yang bulat. Hingga akhirnya Mitra Kukar dinyatakan kalah WO dan Bhayangkara FC berhak menang atas pertandingan itu.