Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Plagiarisme di Perguruan Tinggi

6 September 2017   17:08 Diperbarui: 6 September 2017   17:24 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia pada umumnya meniru manusia lainnya. Dalam proses belajar serta interaksi sosial, maupun dalam penyebarluasan gagasan. Secara turun temurun pada zaman pra sejarah manusia meneruskan cerita lisan secara generasi ke generasi , Seperti mitos , dongeng dan cerita rakyat.

Meniru serta menyebarkan buah pemikiran sebetulnya adalah proses biokulutral dalam interaksi sosial. Hal ini sangat wajar, namun yang menjadi masalah besar adalah jika sebuah tulisan asal langsung comot tanpa menyebutkan nama, sumber gagasan dan data konkret.

Jika hal ini dilakukan inilah yang disebut plagiarism.  Bahkan menurut Rosenberg (2011) menyatakan upaya mengecek bahwa apakah mahasiswa melakukan plagiarism merupakan tindakan sia sia. Sebab mahasiswa akan terus melakukan tindakan plagiarism.

Rosenberg (2011) malah menyarankan untuk menggunakan prinsip otonomi individu.  Seharusnya setia diri memiliki moral individu tentunya disini ditekankan pendekatan moral digunakan untuk mencegah plagiarisme.

Menghargai tulisan orang lain seharusnya menjadi tradisi di bumi pertiwi ini. Sebab menghargai orang lain merupakan prinsip dari etika berkehidupan dan bermasyarakat. Semakin tinggi kesadaran untuk menghargai penulis buku  tentunya kualitas buku yang ia ciptakan juga akan meningkat. Sebab dengan membeli buku asli dan tidak mengkopi keseluruhan buku  tentu saja  meningkatkan royalty dan sisi financial seorang penulis. Sehingga akan berusaha meningkatkan karya nya lebih baik dari pekerjaannya sebagai penulis.

Di dunia akademik tanah air , memfotokopi keseluruahan buku sebagai bahan ajar dosen menjadi fenomena.  Padahal penerbit dan penulis berjuang keras untuk menerbitkan buku. Bahkan mungkin penulis nya saja butuh waktu bertahun tahun untuk menyusun buku dan membeli buku sesuai refrensi daftar pustaka.

Terjadinya tindak plagiarism di dunia akademik disebabkan minimnya pengetahuan dan keterampilan menulis, kemalasan, manajemen waktu, serta integritas yang sangat kurang.

Di zaman serba digital ini kemudahan mencari informasi menjadi bekal penting bagi seorang peneliti dan penulis .Maka seyogianya kita manfaatkan untuk pengembangan gagasan dan tulisan kita. Bukan sebaliknya mengambil tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumber sumbernya. Kemudian mengklaim sebagai tulisan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun