Mohon tunggu...
Ratu Fredella
Ratu Fredella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Aku Rara, mahasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan tahun 2021.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Self Diagnose: Bahaya atau Tidak?

27 September 2021   08:55 Diperbarui: 27 September 2021   09:20 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era yang semakin serba online, pekerjaan manusia perlahan-lahan mulai tergantikan oleh mesin. Teknologi yang paling pesat dalam perkembangannya adalah teknologi informasi dan komunikasi. 

Perkembangan teknologi informasi juga semakin mempermudah kita dalam mencari informasi mengenai kesehatan. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai laman yang menawarkan pelayanan kesehatan (Ryan & Wilson, 2008).

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa laman, seperti yang sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu alodokter.com dan halodoc.com. Kita juga dapat mengakses berbagai informasi gejala ataupun penyakit yang ada karena banyaknya blog atau laman yang mengulasnya. 

Kita semua memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Seseorang yang merasakan sebuah gejala atau keluhan dalam dirinya dapat langsung menanyakan ataupun membaca informasi yang berkaitan langsung pada internet (Ryan & Wilson, 2008). 

Dengan begitu, terlihat bahwa seseorang bisa mendiagnosis dirinya secara mandiri setelah melihat informasi tersebut (Tang & Ng, 2006). 

Informasi yang semakin mudah diakses ini bagaikan pedang bermata dua bagi kita semua, terutama pada konteks kesehatan. 

Di satu sisi kita dapat menambah pengetahuan tentang cara menjaga kesehatan tubuh, namun di sisi lain dengan adanya informasi tersebut kita dapat melakukan diagnosa terhadap dirinya sendiri dimana diagnosa ini dapat menimbulkan kesalahan tentang penyakit yang diderita atau yang lebih dikenal self diagnose/diagnosis mandiri semakin marak.

Sumber: unpad.ac.id
Sumber: unpad.ac.id
Definisi dari self diagnose atau diagnosis mandiri ini adalah proses dimana individu mengamati gejala penyakit dalam diri mereka sendiri dan mengidentifikasi penyakit atau penyakit berdasarkan gejala tersebut tanpa saran medis. 

Di sini, seseorang dapat menyesuaikan perilaku yang ditentukan secara kontekstual atau karakteristik temporal dengan gejala. Diagnosis mandiri telah dipelajari dengan berbagai cara sebagai proses kognitif-perilaku atau emosional, yang ditandai dengan adanya tekanan emosional (Ahmed & Samuel, 2017).

Seringkali informasi yang tersebar luas di internet tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak Evidence Based Medicine (EBM). Hal itulah yang membuat diagnosis mandiri ini dikatakan berbahaya. Selain itu, ada bahaya lain yang diakibatkan dari diagnosis mandiri, di antaranya adalah:

  • Rentan kurang tepat

Biasanya beberapa penyakit memiliki gejala yang sama satu sama lain, tetapi belum tentu itu penyakitnya.

  • Kurang objektif melihat diri

Terkadang seseorang melihat dirinya secara berlebihan dan juga sebaliknya.

  • Menyakiti orang yang memiliki diagnosis tersebut

Contohnya adalah apabila seseorang mendiagnosis dirinya sedang terkena depresi, dan seseorang yang sudah jelas terkena depresi dan sudah mengerti bagaimana depresi yang sebernarnya, mendengar cerita dari seseorang yang mendiagnosis mandiri ini akan sakit hati.

  • Miss-diagnosis

Dengan diagnosis mandiri yang salah pun dapat menyebabkan gejala penyakit lain yang sebenarnya dialami menjadi ter-abaikan. Dampak dari diagnosis mandiri, indikasi penyakit medis salah diagnosis menjadi penyakit mental begitupula sebaliknya.

  • Terlambat mencari pertolongan

Diakibatkan terlalu percaya dengan hasil dari diagnosis sendiri dan melakukan pengobatan sendiri tanpa tenaga ahli.

  • Kepercayaan terhadap tenaga profesional berkurang

Semakin banyaknya 'kata orang yang sudah pernah mengalami,...', 'menurut internet...', atau sebagainya, dapat membuat kepercayaan terhadap tenaga profesional berkurang.

Seperti yang kita ketahui, bahwa untuk menduga suatu penyakit diperlukan pemeriksaan berkali-kali untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Lalu solusi yang tepat untuk menghindari adanya diagnosis mandiri yang tidak tepat adalah,

  • Mempercayakan semuanya kepada pihak profesional

Dari hasil sebuah penelitian, disimpulkan bahwa seseorang yang telah mendiagnosis dirinya sendiri perlu diedukasi dengan cara berdiskusi satu sama lain agar yakin terhadap diagnosis yang diberikan kepadanya. 

Selain itu, sangat dianjurkan untuk kita selalu menyaring informasi kesehatan yang didapatkan dari internet, jangan digeneralisasikan. Informasi yang didapat sebaiknya ditanyakan atau dikonsultasikan kepada tenaga kesehatan profesional.

  • Lebih bijak dan kritis terhadap referensi di internet

Kita tidak boleh menelan mentah informasi kesehatan terutama penyakit yang berkaitan dengan keluhannya. Sangat penting bagi mereka untuk mengetahui bahwa laman penyedia informasi dapat dipercaya  atau tidak. Semakin mudahnya untuk kita mengakses informasi yang banyak melalui internet, alangkah baiknya untuk selalu bijak dan hati-hati dalam memanfaatkan kemudahan itu.

  • Sadari gejala yang ada alih-alih mendiagnosis sendiri

Apabila menemukan sebuah gejala yang sama dengan yang dirasakan, diharapkan untuk segera berkonsultasi kepada pihak yang lebih profesional dan hindari diagnosis mandiri.

Daftar Pustaka

Ahmed, Samuel. (2017). Self-Diagnosis in Psychology Students. The International Journal of Indian Psychology, 121.

Akbar, M. F. (2019). Analisis Pasien Self-Diagnosis Berdasarkan Internet pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Andriodewi, B. (2021). Self-Diagnose: Is It Helpful or Stressful? Repsigama UGM.

Putri, N. R. (2019). Mental Illness : Boleh Gak Sih Kita Self-Diagnose? Artikel Fakultas Psikologi UNISBA.

Nama: Ratu Fredella O.

Nim: 202110230311274

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun