Di era yang semakin serba online, pekerjaan manusia perlahan-lahan mulai tergantikan oleh mesin. Teknologi yang paling pesat dalam perkembangannya adalah teknologi informasi dan komunikasi.Â
Perkembangan teknologi informasi juga semakin mempermudah kita dalam mencari informasi mengenai kesehatan. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai laman yang menawarkan pelayanan kesehatan (Ryan & Wilson, 2008).
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa laman, seperti yang sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu alodokter.com dan halodoc.com. Kita juga dapat mengakses berbagai informasi gejala ataupun penyakit yang ada karena banyaknya blog atau laman yang mengulasnya.Â
Kita semua memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Seseorang yang merasakan sebuah gejala atau keluhan dalam dirinya dapat langsung menanyakan ataupun membaca informasi yang berkaitan langsung pada internet (Ryan & Wilson, 2008).Â
Dengan begitu, terlihat bahwa seseorang bisa mendiagnosis dirinya secara mandiri setelah melihat informasi tersebut (Tang & Ng, 2006).Â
Informasi yang semakin mudah diakses ini bagaikan pedang bermata dua bagi kita semua, terutama pada konteks kesehatan.Â
Di satu sisi kita dapat menambah pengetahuan tentang cara menjaga kesehatan tubuh, namun di sisi lain dengan adanya informasi tersebut kita dapat melakukan diagnosa terhadap dirinya sendiri dimana diagnosa ini dapat menimbulkan kesalahan tentang penyakit yang diderita atau yang lebih dikenal self diagnose/diagnosis mandiri semakin marak.
Definisi dari self diagnose atau diagnosis mandiri ini adalah proses dimana individu mengamati gejala penyakit dalam diri mereka sendiri dan mengidentifikasi penyakit atau penyakit berdasarkan gejala tersebut tanpa saran medis.Â
Di sini, seseorang dapat menyesuaikan perilaku yang ditentukan secara kontekstual atau karakteristik temporal dengan gejala. Diagnosis mandiri telah dipelajari dengan berbagai cara sebagai proses kognitif-perilaku atau emosional, yang ditandai dengan adanya tekanan emosional (Ahmed & Samuel, 2017).
Seringkali informasi yang tersebar luas di internet tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak Evidence Based Medicine (EBM). Hal itulah yang membuat diagnosis mandiri ini dikatakan berbahaya. Selain itu, ada bahaya lain yang diakibatkan dari diagnosis mandiri, di antaranya adalah:
Rentan kurang tepat