Perkembangan teknologi di dunia akan mendorong terciptanya peralatan canggih untuk mempermudah pekerjaan manusia. Banyak perusahaan industri yang berlomba-lomba menciptakan inovasi baru dalam bidang otomotif, elektronik, dan sebagainya dalam jumlah yang sangat banyak. Namun, di balik kemajuan teknologi tersebut, ada efek samping yang juga mempengaruhi kelestarian lingkungan hidup. Loh, kok bisa?
Hal ini terjadi karena setiap perusahaan industri pasti memiliki limbah yang dihasilkan dalam memproduksi produknya, entah dalam bentuk limbah cair, padat, maupun gas. Limbah-limbah inilah yang bisa merusak kelestarian ekosistem dan lingkungan hidup. Dilansir dari environment-indonesia.com limbah yang paling sering dijumpai di lingkungan adalah limbah dengan senyawa organik yang mudah menguap, sulit terurai, logam berat, mengandung racun dan parasit.Â
Cikarang, kota yang dikenal sebagai kota industri terbesar di Asia Tenggara, sering menjadi perbincangan dalam hal pencemaran lingkungan. Bukan tanpa alasan, banyaknya industri di kota ini tentunya akan menghasilkan banyak limbah yang pastinya menimbulkan pencemaran lingkungan. Seperti beberapa kasus nyata dialami oleh pihak LSM Gempal terkait penemuan limbah batu bara jenis bottom ash bercampur dengan pasir silika yang telah mencemari daerah Kecamatan Serang Baru. Selain itu, mereka juga menemukan kasus pencemaran pada aliran sungai di kawasan industri Hyundai.Â
Aliran sungai yang berasal dari kawasan industri dan telah tercemar dapat mengarah ke wilayah pemukiman warga. Mirisnya, masih ada sebagian warga yang menggunakan air tak layak itu untuk keperluan rumah tangga, seperti mencuci pakaian, mencuci piring, bahkan untuk memandikan anak-anak mereka. Padahal, kandungan air yang sudah tercemar itu dapat memicu gangguan kesehatan yang serius bila terpapar oleh tubuh.Â
Diki Munandar, salah satu sekretaris LSM Gempal mengatakan bahwa, alira sungai yang telah tercemar akan bermuara di beberapa titik wilayah Cikarang dan digunakan oleh warga yang kurang mampu.
"Ya hilirnya di daerah Cikarang Baru, Pasimal, sampai ke pintu air 7 Lemahabang, dan air itu sering dipakai mencuci oleh warga kurang mampu," ungkap Diki, pada Rabu, (07/04/21).
Dengan adanya hal ini, LSM Gempal telah melakukan teguran kepada industri penghasil limbah berbahaya dengan memikirkan bagaimana solusi untuk menanggulanginya. Sebab, dampaknya tidak hanya akan dirasakan manusia tapi juga makhluk hidup lainnya. Marilah kita bangun kesadaran pada berbagai pihak dan jadilah bijak dalam membuang limbah.
Penulis: Tim 4 Cyber PR 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H