Saat ini, kondisi iklim di bumi sangat memprihatinkan. Beberapa daerah bersuhu dingin seperti kutub utara dan selatan mulai mengalami peningkatan suhu sehingga menyebabkan gunung es mencair. Bahkan gurun Sahara yang terkenal gersang, pernah diselimuti salju setebal 40 cm. Mengapa demikian?Â
Hal ini disebabkan oleh krisis iklim yang kini kian meresahkan. Dampak negatif yang timbul seperti berkurangnya populasi hewan langka, perubahan bentuk permukaan tanah, peningkatan volume air laut, serta cuaca yang ekstrem. Faktor yang mempengaruhi krisis ini, di antaranya efek rumah kaca, kurangnya daerah resapan air akibat penebangan pohon, dan masih banyak lagi.
Kasus nyata dialami oleh negara Afrika. Afrika pernah menjadi salah satu negara dengan krisis air bersih terparah akibat kemarau panjang. Selain itu, menurut krisisiklim.com banyak virus yang mudah menyebar di suhu panas seperti malaria, dengue, dan kolera. Tidak hanya kemarau, curah hujan yang tinggi dan kurangnya daerah resapan air juga menjadi pemicu bencana banjir yang melanda sebagian wilayah Indonesia. Menurut Badan Meteorologi Dunia (WMO), banjir yang parah dapat menghancurkan titik-titik air dan fasilitas sanitasi serta dapat mencemari sumber air bersih.Â
Untuk melakukan upaya mengatasi krisis iklim, LSM Gempal, salah satu lembaga swadaya masyarakat, melakukan aksi penghijauan dengan penanaman pohon kembali. Pohon yang ditanam pun beragam, mulai dari pohon mangga hingga pohon mangrove.
Diki Munandar, selaku sekretaris LSM Gempal, turut menghadiri kegiatan dan menyerahkan bibit pohon mangga serta mangrove yang mereka tanam untuk memenuhi agenda penghijauan tersebut.
"Untuk pohon mangga, kita hanya tanam sebanyak 30 bibit, sedangkan pohon mangrove sekitar 500 pohon kita tanam," ungkap Diki, pada Senin, (22/03/21). Seperti yang diketahui, akar mangrove berfungsi untuk menghindari pengikisan pada tanah akibat aliran air yang terus-menerus.
Upaya lainnya dalam mengurangi krisis iklim adalah dengan membatasi penggunaan kendaran bahan bakar fosil. perusahaan pembuat mobil seperti Hyundai dan Toyota sudah memberi keterangan terkait rencana produksi mobil listrik di Indonesia. Tentunya rencana tersebut berdasarkan dukungan pemerintah untuk kemajuan mobil listrik ramah lingkungan.
Berbagai bencana alam yang terjadi di seluruh dunia sebagai dampak dari krisis iklim memberikan bukti bahwa keegoisan dan kerakusan manusia menyebabkan kerusakan yang besar. Manusia hanya memperhatikan keuntungan yang didapat tanpa memberikan solusi tepat bagi lingkungan. Sekarang, mulailah lakukan perubahan kecil yang berpotensi mengurangi krisis iklim. Jagalah bumi ini dan setiap kekayaan di dalamnya agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
Penulis: Tim 4 Cyber PR 3