Mohon tunggu...
ratu melani adriani
ratu melani adriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi semester 5 di President University fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Public Relations.

21 years old

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengatasi Darurat Sampah melalui Pengolahan Limbah yang Tepat

19 Maret 2021   06:38 Diperbarui: 19 Maret 2021   06:43 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpukan Sampah yang Berpotensi Merusak Lingkungan. Sumber Gambar: Hermes Rivera from Unsplash

Di masa sekarang ini, jumlah sampah di seluruh dunia semakin tidak terkontrol. Banyaknya sampah yang sulit terurai seperti sampah plastik, benda berbahan karet, benda berbahan kaleng, bahkan limbah elektronik menjadi penyembab utama darurat sampah.

Dilansir dari Nationalgeographic.co.id, diperkirakan sebanyak 1,3 Miliar ton sampah plastik akan memenuhi bumi pada tahun 2040 mendatang jika tidak ada upaya pencegahannya. Dengan jumlah sampah sebanyak itu, tidak menutup kemungkinan bahwa permukaan tanah dan laut akan dipenuhi oleh sampah dan merusak ekosistem yang ada. 

Sadar akan darurat sampah, saat ini restoran dan pusat perbelanjaan di seluruh dunia berlomba-lomba dalam mengkampanyekan gerakan mengurangi penggunaan sampah plastik. Sudah banyak restoran cepat saji yang tidak lagi menggunakan sedotan plastik dan menggantikannya dengan sedotan kertas yang ramah lingkungan. Penggunaan kantong plastik juga sudah dikurangi oleh supermarket hingga minimarket, dan menggantinya dengan paper bag.  Selain itu, banyak pula lembaga swadaya masyarakat yang turut serta dalam upaya mengurangi sampah plastik. Salah satunya adalah LSM Gempal yang memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan melalui pengolahan sampah rumah tangga. 

Diki Munandar, selaku sekretaris LSM Gempal menyampaikan bahwa limbah rumah tangga dapat memiliki nilai tambah jika pengolahannya dilakukan dengan tepat. 

"Sampah rumah tangga sisa makanan bisa kita jadikan pupuk kalau diolah dengan benar, sekaligus mengurangi volume sampah di TPA yang saat ini sudah overload," ungkap Diki, pada Selasa (16/03/21). 

Selain itu, masyarakat juga bisa berkontribusi dalam mengurangi penggunaan plastik dengan banyak cara. Menurut kejarmimpi.id, ada beberapan cara pengolahan sampah dengan baik, di antaranya memisahkan sampah organik dan anorganik kemudian buang di tempat sampah yang sudah disesuaikan. Kategori sampah organik yang dapat dijadikan pupuk kompos yaitu, kotoran dan bulu-bulu hewan, serpihan kayu, sisa makanan, dan masih banyak lagi. Sampah anorganik juga bisa didaur ulang menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai tambah seperti pot tanaman, hiasan dinding, maupun tempat penyimpanan barang.

Mulai sekarang, mari kita atasi darurat sampah dengan pengolahan limbah yang tepat. Karena limbah yang diolah dengan baik berpotensi mengurangi volume TPA yang menumpuk, sekaligus memberi nilai lebih pada limbah tersebut agar dapat dimanfaatkan lagi menjadi barang yang berguna dan tidak terbuang sia-sia. 

Penulis: Tim 4 Cyber PR 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun