Sekitar tengah malam kau bilang "tak terhingga, layaknya bintang di awan", demikian umpama cintamu kepadaku.
Hingga fajar menjelang aku masih terjaga, terngiang jelas ditelingaku, mengalir deras di sela-sela nadiku, terpatri indah di hatiku dan terekam sempurna di otakku.
Pagi menepi, terik melirik, senja menyapa. Aku merasa gugup layaknya presiden hendak pidato. Aku cari cari momentum semalam, aku obrak-abrik keadaan dan aku menemukan.
Aku menemukan semacam mimpi. Tidak, semacam khayalan. Sepertinya khayalanku merasuk ke mimpi, iya mungkin benarnya seperti itu.
Sedikit aku bergeser, berpindah posisi tidur. Berharap tidak ada khayalan yang berujung bualan lagi. Terserah kepada siapapun, yang paling penting aku terjaga dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H