Aku mengumpulkan seluruh ruhku, mengajaknya untuk membantukuberdiri.
Darahku sudah menganak sungai, mengalir terus ke hulu.
Air mataku bahkan sudah tak air bening lagi, sudah keruh kemerahmerahan.
Lantas bagaimana tulang belulangku? Beberapa sudah dijilati anjinghutan.
Hatiku? Hahaha.. bukankah sudah kau masak kemarin shubuh?
Â
Jangan banyak bercakap wahai Tuanku
Ibarat kata, aku yang diam tapi justru aku yang dituding berteriak
Dulu-dulu kau damba-damba aku, kau timang-timang bak bayi merah
Sekarang kau kunyah aku layaknya danging asap
Wahai Tuanku yang budiman, apakah hatimu sudah kau jual? Hinggabelas kasihpun tak punya
Kali ini tak akan ku biarkan sisa dari diriku kau cabik-cabik lagi
Jikaku harus menyerangmu, aku tak punya daya
Kali ini kau menang, maka biarkan aku yang pulang
Pulang kemana aku bisa mengembalikan darah, tulang dan hatiku
Tak peduli seberapa sayatan dan jeritan yang telah kulayangkan
Aku pamit...