Pancasila dalam tataran ideologis maupun implementasi masih saja terdapat masalah dan kekurangan. Pemahaman ideologis sebagian kelompok maupun anggota masyarakat, termasuk sebagian penyelenggara Negara, baik di pusat maupun di daerah masih belum sepenuh hati menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara.
 Oleh karena itu,  kata Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) MPR, Ahmad Basarah, diperlukan revolusi mental bangsa Indonesia dalam memahami dan mengimplementasikan kembali nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang patut dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Revolusi Mental Pancasila dimaksudkan agar segenap anak bangsa mengubah paradigma berpikir dan bertindak, Â dari mental pesimisme dan skeptisisme terhadap Pancasila dan ke-Indonesiaan, menjadi mental yang optimis dan positif terhadap nilai-nilai Pancasila," ujarnya di Jakarta, Sabtu (31/5).
Pancasila, dikenal sebagai dasar negara atau ideologi yang berdasar kepada pandangan hidup dan budaya bangsa Indonesia. Dimana, kelima sila yang terkandung di dalam Pancasila tersebut berisikan rumusan-rumusan yang mempunyai nilai teladan dan bisa menjadi pedoman dalam kehidupan khususnya bagi rakyat Indonesia untuk bagaimana cara bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip Persatuan Indonesia, tanpa jiwa persatuan yang utuh, tanpa keinginan bersama untuk bebas dari penjajahan, maka sampai saat ini bangsa kita akan tidak pernah merasakan kemerdekaan sama sekali. Berkat semangat persatuan yang kuat, kali ini kita mampu mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.Â
Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan landasan kokoh yang di atasnya berdiri negara Indonesia. Pancasila merupakan dasar dan sumber hukum di Indonesia. Pancasila harus menjadi ruh dalam penegakan atau supremasi hukum di Indonesia berdasarkan lima sila yang terkandung di dalamnya.Â
Secara historis, seiring dengan perjalanan sejarah bangsa kita, istilah Revolusi Mental pertama kali diakui oleh Presiden Indonesia Pertama, Ir Soekarno. Hal itu tertuang dalam pidato yang berapi-api memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1957.Â
Revolusi mental menurut istilah definisi Soekarno didirikan sebagai gerakan hidup baru untuk membentuk jiwa manusia Indonesia mengalami manusia baru yang bercirikan sikap kerja keras, hati yang tulus, jiwa yang kokoh dan tindakan yang berapi-api. Soekarno berpikir pada waktu itu bahwa revolusi mental Indonesia berhenti tiba-tiba meskipun tujuan akhir dari revolusi itu sendiri sama sekali tidak tercapai dengan memuaskan.
Generasi muda saat ini tidak terlepas dari pendidikan. Dengan demikian, denominasi pendidikan menggarisbawahi salah satu ciri fundamental pembangunan karakter bangsa. Pembangunan ini harus jelas sejalan dengan beberapa strategi bangsa yang meliputi sosialisasi, pemberdayaan, dan kerja sama yang dilakukan oleh bangsa itu sendiri.Â
Secara nyata, bangunan berkarakteristik mengelola pendekatan yang sangat sistematis dan terpadu yang melibatkan beberapa elemen terkait di dalam suatu bangsa seperti keluarga, pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, media massa, serta dunia usaha dan industri. Untuk melaksanakan dan mengawasi karakter bangsa yang baik, diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh kuat untuk mengembangkan beberapa nilai baik yang tercermin dari nilai Pancasila itu sendiri
Perlu diingat bahwa pendidikan memainkan faktor penting yang terbukti efektif dan efisien untuk mendapatkan manfaat dari revolusi mental. Lebih lanjut dijelaskan bahwa memberikan pendidikan kepada anak bangsa merupakan cara terbaik untuk menginternalisasi nilai-nilai revolusi mental dalam rangka memelihara pendidikan karakter yang sesuai dengan cita-cita luhur bangsa.