Selamat hari Ayah. .
Ungkapan itu pantas ditujukan pada bapak guru yang mendidik dengan rela dan meluangkan waktu dengan suka. Masih ingat dengan postingan saya, surat terbuka untuk dosen. Kala itu, tujuan saya menulis bukan untuk menjelekkan tapi pembelaan atas kesalahpahaman. Ibarat jalan, skripsi itu ditempuh bukan karena track lurus tetapi menanjak nain dan turun gunung.
Betapa dosen seperti itu wajib diacungi jempol bahkan tepuk tangan ruar biasa. Proses bimbingan dengan cara memberi waktu deadline dan dirindukan cara mendidiknya. Â Sekarang setelah tidak dibimbing beliau, saya jadi rindu dididik dan didesak untuk lekas selesai.
Masih terlintas proses bimbingan tidak di ruang dosen. Menurut saya, dosen tersebut sangat perhatian dengan mahasiswanya. Agar tidak jenuh dalam mengerjakan, saya bimbingan tidak pernah di ruang dosen. Bimbingan demi bimbingan di luar ruang dosen. Sebut saja, saya pernah menunggu 45 menit di Bandara Adisutcipto, disuruh ke Kadisoka, di ruang akademik, di sekretariat Fakultas, dan minta acc di lantai 4.
Ada cerita menarik di Kadisoka. Acara tersebut sebenarnya ditujukan untuk syukuran sahabat-sahabat yang wisuda per Agustur sedangkan saya skripsi masih bimbingan Bab IV . Di Kadisoka tidak hanya ditraktir makan-makan tetapi juga diberi ole-ole dari luar negeri. He was so awesome.
Proses bimbingan di Lt. 4 sangat memacu semangat saya. Bagaimana tidak? Saya baru 3 (tiga) bulan lepas tongkat dan berupaya menapak di Lt. 4. Walaupun saya terlambat 15 menit ke lt. 4, tidak ada raut muka marah di wajah beliau. Beliau selalu menunjukkan "poker face".
Saya tidak pernah merasa dipersulit oleh beliau. Sesungguhnya diri sendirilah yang mempersulit keadaan. Â Secara tidak langsung beliau mendidik tentang kehidupan di luar urusan kampus. Bagaimana menjadi sosok tangguh usai tidak sekolah dan dihadapkan dengan masyarakat.
Bagaimana kabar Bapak hari ini? Semoga Bapak beserta keluarga selalu diberikan keberkahan dan kesehatan.
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/18/surat-terbuka-untuk-dosen-602720.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H