Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... -

CLUE : A=N ZRHED TVHE GB AZ LAG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ku Sisihkan Uangku untuk Ayah

17 Juni 2013   22:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:52 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sampai saat ini aku masih betah membohongi diri dan orang tua. Aku masih saja membela bahwa lelaki itu baik dan mau mengembalikan uang yang dia pinjam. Namun, aku mengetahui kekurangan dia selama ini karena aku pernah dekat dengannya. Aku pun juga tak berharap banyak pada lelaki itu. Dia mau mengembalikan uangnya atau tidak. Yang jelas, selama beberapa bulan ini aku menyisihkan uangku untuk mengembalikan hutangku pada ayah.

Awal tahun 2013. Saat aku diterima di sebuah sekolah swasta, benda paling vital dan yang sangat aku butuhkan adalah laptop. Hm, yaa aku memang mempunyai sebuah notebook mungil berukuran 10 inch yang setia membantuku dalam menyelesaikan tugas kuliah dan skripsi dari semester 6. Namun, ternyata notebookku tak bertahan lama. Adaa saja yang bermasalah. Yang paling parah adalah aku harus mengganti layar LCD yang pecah karena terinjak oleh kakiku sendiri. Karena kecerobohanku sendiri, aku harus memperbaikinya sendiri tanpa aku memberitahukan masalah ini kepada orangtua (karena aku tidak mau membuat merea terbebani). Alhamdulillah, aku mendapatkan beasiswa hingga akhirnya aku bisa mengganti LCD notebookku yang pecah itu. Sampai saat aku menulis postingan di kompasiana ini aku masih menggunakan notebook yang aku ceritakan diatas :)

Ku kira semuanya baik-baik saja. Namun ketika aku menginjak semester 7, saat itu kampus mengadakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) aku mengajar dengan menggunakan proyektor. Akan tetapi naas nian nasibku, ternyata notebookku bermasalah lagi. Tampilan gambar yang terproyeksi menjadi tidak jelas dan berwarna kekuningan. Aduuuuh, harus bagaimana lagi ini?

Ada seorang laki-laki yang berbaik hati menawarkan laptopnya dengan harga lumayan terjangkau. Kebetulan, pada saat itu dia sangat memerlukan uang untuk DP sepeda motor (karena pekerjaannya lebih membutuhkan motor dari pada laptop). Karena ada penawaran bagus tadi, aku bercerita kepadda ayahku. Aku masih sangat ingat bahwa ayahku berniat untuk membantu laki-laki itu dengan membeli laptopnya. Keesokan harinya, ayah langsung mentransfer uang.

Hari pertama saat aku menggunakan laptop itu, keanehan terjadi. Iya sih, mantan si pemilik laptop itu pernah bercerita bahwa laptopnya jarang dipakai dan hanya di simpan di tempat yang "agak lembab". Hemm, kursornya tak mau jalan. Aku komplain, namun dia hanya menyarankanku agar sering menggunakan laptopnya supaya tidak rusak. Namun, naas terjadi kembali padaku. Suatu malam salah satu teman kosku meminjam laptop itu, dan dia berkata bahwa keyboardnya tidak berfungi normal. Aku yang tidak merasa merusakkan pun masih punya tanggung jawab bahwa aku harus segera memperbaikinya karena laptop itu sudah di tanganku.

Mantan pemilik laptop itu marah-marah dan ia meminta laptopnya kembali. Dia menganggap bahwa laptop itu adalah segalanya, karena di dalamnya ada lagu kesukaannya, video band rock favoritnya, serta file-file penting lainnya. Pada awalnya dia menawarkan laptop itu padaku karena kita dekat, sehingga kalau terjadi apa-apa di bisa langsung tahu. Suatu malam, dia datang untuk mengambil laptop dengan alasan dia akan memperbaikinya kemudian mengembalikannya padaku. Namun, sampai saat ini tak ada niat baik darinya untuk mengembalikan laptop itu.

Hingga akhirnya aku merasa sangat bersalah pada ayahku karena hal ini, aku belum berani mengatakan hal yang sesunggguhnya. Aku hanya bercerita kepada mama. Dari raut wajahnya, dia tidak terima dan memintaku untuk menagihnya. Akan tetapi, aku selalu saja tidak tega. Aku hanya menghubungu laki-laki itu lewat SMS, FB dan Kompasiana. Balasan pesan darinya hanyalah memaki diriku (dan keluargaku) dan memintaku untuk menjauhinya. Hm, yasudahlah, memang dari awal setelah kejadian laptop diambil itu dalam hatiku berniat "ikhlaskan saja biar jadi pahalanya ayah, masalah uang bisa dicari, aku sendiri dan dengan susah payahku sendiri aku yang akan menggantinya untuk ayah"

Sebuah renungan_22:58

Solo 17 Juni 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun