Mohon tunggu...
Sumi Ratnasari
Sumi Ratnasari Mohon Tunggu... -

Seorang guru les yang ingin belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dikenal di Mata Sejarah

30 Desember 2017   19:35 Diperbarui: 31 Desember 2017   13:38 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak tahu tentang generasi mana yang harus kusanjung. Aku juga tak tahu tentang sudut pandang orang, menilai dua generasi. Generasi tempo dulu dan generasi zaman now. Menurutku kedua generasi ini patut kita puji.

Generasi tempo dulu ialah generasi yang dikenal dengan ketangguhan mengais rezeki. Mereka memeras keringat tiada lelah untuk sebuah pengabdian. Mereka tetap berjuang hingga cucuran keringat mereka berubah merah. Mereka bagaikan akar yang menopang pohon ditengah kemarau yang gersang. Tentunya pengorbanan mereka tidaklah sia-sia. Sebab pohon itu telah tumbuh dan memiliki mental yang lebih tangguh dan tahan uji. Tunas -- tunas ketangguhan mental mereka, diwariskan kepada generasi zaman now.

Tentunya generasi zaman now tidak mungkin ada, tanpa kerja keras serta pemikiran generasi tempo dulu. Tumbuh kembang generasi zaman now benar -- benar dirawat oleh generasi tempo dulu. Misalnya saja bila badan mereka kedinginan, mereka segera diusapkan minyak kayu putih aroma. Karena minyak kayu putih aroma membantu menghangatkan badan.

Generasi zaman now memikirkan terobosan baru untuk berinovasi." Bagaimana cara ampuh untuk melimpahkan kantong -- kantong rezeki sesuai passion mereka masing -- masing tanpa harus menyita banyak waktu dan tenaga untuk bekerja? " Kemudian sebagian dari mereka berevolusi dan menjelma menjadi generasi milenial yang sangat bergantung pada kecanggihan internet serta lebih kreatif.

IPTEK serta ide kreatif adalah kunci dari penyelesaian masalah mengenai tersumbatnya aliran rezeki. Kreatif telah terbukti banyak membuka pintu -- pintu kesuksesan generasi muda Indonesia. Industri kreatif di Indonesia sudah mulai berkembang biak secara cepat. Contoh -- contoh industri kreatif diIndonesia adalah ojek online, sepatu dari limbah ceker ayam, kreasi bros dari limbah kain, dan lain -- lain. Indonesia pasti bangga memiliki mereka semua.

Saya sendiri pernah ikut meramaikan industri kreatif di Indonesia. Berawal dari hobi bermain sosmed ala generasi milenial, saya mulai belajar membuat kreasi bros dari limbah kain. Kemudian semangat saya mulai membara untuk menjual kreasi bros karya saya. Saya mulai menawarkan door to door ke butik - butik disekitar tempat tinggal saya. Selain itu, saya juga menjualnya secara online. Alhamdulillah, respon konsumen baik terhadap karya -- karya saya.

sumber foto : Sumi Ratnasari
sumber foto : Sumi Ratnasari
Namun, sayangnya semangat saya tiba -- tiba padam karena kesibukan dan rutinitas. Tenaga saya sering terforsir dan saya sering pusing. Untungnya ada minyak kayu putih aroma. Minyak kayu putih aroma membantu meredakan pusing di kepala saya. Semoga, suatu saat nanti saya bisa memiliki waktu luang dan tenaga yang lebih untuk meramaikan industri kreatif di Indonesia lagi. Aamiin.

Generasi muda memang mewarisi hutang bangsa. Namun, generasi muda bisa melunasinya dengan adanya industri kreatif. Bahkan mungkin, dengan adanya industri kreatif bisa membuat Indonesia lebih bersinar, lebih maju, lebih berpengaruh, dan lebih dikenal dimata sejarah. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun