Setiap orang harus beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, kita sering memaksa tubuh beraktivitas diluar batasnya. Niat hati ingin mencukupi kebutuhan tapi malah mempertaruhkan kesehatan. Bila hal itu terjadi, biasanya alarm alami tubuh akan berbunyi dalam bentuk pegal.
Gejala pegal telah mainstream sehingga kita semua bisa merasakan pegal. Pegal tak hanya menempel pada tenaga kerja yang mengandalkan otot saja. Bahkan, para pekerja yang mengandalkan otak juga sering terkena pegal. Tentu saja, dengan adanya pegal pekerjaan kita bisa gatot alias gagal total.
Saya sendiri pernah terbelengu oleh pegal. Tuntutan kerja sebagai seorang guru mewajibkan saja membaca, menulis dan mengetik didepan layar komputer. Oleh karena itu, tangan dan leher saya sering pegal. Akibatnya, saya mengajar didepan murid jadi kurang maksimal. Untungnya ada geliga krim. Saya jadi bebas pegal untuk hidup yang lebih optimal.
Lain lagi dengan pengalaman adik saya. Ia sering terkena pegal karena sering mengangkat benda -- benda berat. Misalnya saja mengangkat batu dan pasir. Pegal menghambat aktifitasnya. Kemudian, ia mengoleskan geliga krim ditangan dan punggungnya. Adik saya jadi bebas pegal untuk hidup yang lebih optimal.
Bagaimana saya ingin mewujudkan mimpi, bila masih terbelenggu oleh pegal?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H