Mohon tunggu...
gayatri Ratnawulan
gayatri Ratnawulan Mohon Tunggu... -

Berbagi untuk melegakan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anakku, Tunggulah Mama Menyusulmu (Berdasarkan Kisah Nyata)

2 Mei 2014   22:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:56 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kematian adalah rahasia Allah, tiada yang tahu kapan akan datang, tidak harus yang lebih tua dan tidak harus yang sakit terlebih dahulu dan tidak harus sesuai urutan kelahiran.Kita harus siap setiap saat menyambutnya, karena kematian itu adalah pastiakan terjadi”

Andhini tunduk diam terpaku... perlahan diusap air matanya.. dibelainya nissan kayu diatas pusara anaknya,.. lirih diucapnya.. Anakku.. tidak lama lagi mama menyusulmu, beristirahatlah sekarang dengan Ayahmu....

Medan, 18 tahun yang lalu..

Tangis bayi memecahkan pagi yang indah..Senyum Gatot merekah... Andhini.. anak kita laki-laki... Diciumnya kening Andhini yang basah oleh keringat, setelah berjuang melahirkan anak pertama mereka yang lama dinanti.

.. Alhamdulillah ya Allah.. anakmu tampan, seperti ayahnya.. persis... bisik Andhini kepada Gatot sambil tersenyum bahagia.Lengkaplah sudah kebahagiaan keluarga kecil tersebut.Masih segar dalam ingatan Andhini, betapa mereka sangat mendambakan dikaruniakannya keturunan, setelah beberapa tahun menikah.Berbagai usaha telah dilakukan, termasuk mengunjungi para dokter referensi dari saudara dan teman.Keinginan memiliki momongan selalu diucapkan dalam setiap doa mereka,sampai akhirnya, ketika sampai pada titik pasrah, barulah Allah berkenan menjawab doa mereka.

Anakku.. saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidupku adalah ketika aku mengetahui bahwa engkau telah bersemayan dalam rahimku.Bahwa engkau telah menggenapkan asa ku sebagai wanita sempurna dengan seluruh naluri keibuanku.

Perasaan Andhini membuncah bahagia ketika dokter memberitahukan bahwa hasil pemeriksaan kehamilannya adalah Positif. Disimpannya Test Pack dalam tasnya, dan bergegas pulang untuk bertemu suaminya... “Bagaimana ma?”.. tanya suaminya, pada saat mereka sedang makan malam bersama.Andhini menjawab “ Sabar ya Mas, mungkin belum saatnya”.. sambil senyum di tahan.. “Ah masa,.. kamu kan belum pernah terlambat datang bulan lebih dari 2 minggu.. coba lihat test packnya”.. Andhini menyerahkan Test Pack sambil tersenyum... “Alhamdulillah positif,.. hamil .. “Suaminya berteriak kegirangan, dipeluknya Andhini.. “Sudah..sudah.. kamu tidak usah membereskan makan malam, biar saya saja yang membereskan dan mencuci piringnya”.. ujar suaminya.Andhini tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah polah suaminya yang berjingkrak-jingkrak kegirangan bak anak kecil. Suaminya begitu sayang dan telaten mengurus Andhini, tidak diperkenankan melakukan pekerjaan berat. Benarlah kata-kata orang tua dahulu, bahwa para suami akan jauh lebih sayang ketika mengetahui istrinya sedang hamil.Apalagi ini adalah anak yang sangat dinantikan oleh Gatot.

Ya Allah,.. segala doa dan harapan dipanjatkan, semoga anakku menjadi anak yang soleh, pandai, baik hati danmembahagiakan orang tuanya... Sesuai dengan namamu yang berarti Pemuda Tampan yang baik hati.Bukankah setiap nama adalah doa..

Doa Andhini dan Gatot dilantunkannya untuk anaknya sambil perlahan Gatot memotong rambut anaknya dalam acara akekah, disusul oleh sanak saudara dan kerabat mereka.Setelah itu hari-hari mereka dipenuhi dengan kebahagiaan dan kesibukan mengurus si kecil.

Tiga setengah bulan berlalu setelah kelahiranmu

Sesuai dengan doa mereka, bayi mungil tersebut hampir tidak pernah merepotkan orang tuanya.. setelah kenyang menyusu, segera tidur atau bermain-main sendiri.Jarang terdengar dia menangis.Ayo berbaring sebentar ya anak tampan.. Andhinimeletakkan bayinya yang telah tidur di tempat tidur seraya tersenyum, setelah selesai kenyang menyusu.

Tiba-tiba Andhini dikejutkan oleh suara dering telepon rumahnya..“Bu Andhini... cepat ke rumah sakit, menemani Bapak Gatot.. Tiba-tiba jatuh di kamar mandi” terdengar suaraatasan suaminya ditelepon“Kenapa Pak, apa yang terjadi”? ujar Andhini bingung.“Sudahlah, Ibu bersiap-siap saja, sebentar mobil kantor akan menjemputIbu.” ..Andhini segera bergegas, ke rumah tetangganya untuk memintanya menunggui bayinya yang sedang tidur. Tidak lama kemudian mobil kantor menjemput Andhini dan mengantarkan ke rumah sakit..

Betapa terkejutnya Andhini, ternyata di rumah sakit bukannya di bawa ke ruang perawatan, namun dibawa ke kemar jenazah..Dilihatnya suaminya sudah terbujur kaku dengan bibir membiru.. Ya Allah... Andhini tercekat.. tangannya terasa dingin, dan wajahnya memucat.. “Apa yang terjadi dengan suamiku”? lirih Andhini seraya perlahan mendekati jenazah suaminya.“Tadi pagi masih baik-baik saja”.. “Maaf Ibu,.. Bapak terkena serangan jantung, dan kami tidak dapat menyelamatkannya” Dokter berkata sambil prihatin melihat Andini .. Suaminya masih muda.. baru 33 tahun.. mengapa Allah mengambilnya begitu cepat. Ya Allah.. Ya Allah... Andhini terduduk lemas..

Proses panjang perjalanan jenazah suaminya dari medan menuju Kampung Halamannya di jawa tengah untuk dimakamkan sungguh telah meletihkannya. Didalam pesawat yang membawanya pulang dari tempat dimana suaminya ditugaskan, Andhini memandangi anaknya sambil membathin.Anakku, Ayahmu telah mendahului kita,sekarang tinggal kita berdua mengarungi kehidupan ini,.. mama berjanji untuk menjaga, mendidik danmencari rejeki untuk kehidupan kita berdua. Ajaib, tiba-tiba bayi yang baru berusia 3,5 bulan tersebut tersenyum seolah berkataJangan Kuatir Mama, aku disini bersamamu, nanti aku juga akan menjaga mama.

Rintik hujan menyertai pemakaman suaminya, seakan meluruhkan kepiluan hati Andhini ditinggalkan oleh belahan jiwanya.Air hujan membasahi pipi Andhini, turun bersama-sama air hujan yang jatuh ke bumi.

Suamiku,.. kita baru saja mengecap kebahagiaan mempunyai seorang bayi setelah lama menanti.. mengapa engkau meninggalkanku sendiri dengan bayi kita.. Air mata Andhini turun perlahan..Kita pernah berjanji untuk tua bersama dan melihat anak kita lulus wisuda dan menikah.. mengapa engkau membiarkan aku melakukannya sendirian saja..

Perlahan air mata Andhini semakin menderas.. Dipeluknya erat-erat bayinya seraya dilihatnya sedikit demi sedikit kuburan suaminya dipenuhi oleh tanah.

Suamiku.. aku berjanji akan menjaga buah cinta kita sekuat tenagaku, dengan seluruh jiwa ragaku, dan dengan nyawaku.. Anak kitalah satu-satunya alasan mengapa aku harus menjadi kuat menghadapi semua ini.. Aku harus kuat.. aku harus kuat... aku harus kuat.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun