Mohon tunggu...
gayatri Ratnawulan
gayatri Ratnawulan Mohon Tunggu... -

Berbagi untuk melegakan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anakku - Tunggulah Mamamu Menyusulmu - Part 3 - Tamat... Berdasarkan Kisah Nyata

5 Mei 2014   23:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita sebelumnya :Andhini berjuang menyelesaikan kuliahnya sambil bekerja, demi untuk membiayai pendidikan anaknya.

Masa dewasa

Masa-masa selanjutnya, adalah masa-masa perjuangan bagi Andhini dan anaknya.Apapun yang terjadi dan bagaimanapun, mereka selalu tegar berdua menghadapi kehidupan ini.Pahit getir dan manisnya kehidupan ini, dijalaninya bersama-sama.

Mama kenapa temanku punya Ayah, aku ngga punya?Kenapa Mas Dicky punya Ayah, aku tidak punya? Apakah boleh Ayahnya Mas Dickyi menjadi Ayahku? (Mas Dicky adalah sepupunya).

Pertanyaan polos anaknya membuat hati Andhini terenyuh.. Dipeluknya anaknya dan dihiburnya dengan lembut.. Mata kecilnya selalu berbinar-binar jika mendengar ibunya menceritakan mengenai ayahnya almarhum, dan betapa gagah ayahnya dan betapa ayahnya sangat menyayanginya sewaktu masih bayi.

Suamiku,.. seakan aku melihat cermin dirimu didalam dirinya, dari wajahnya, bentuk badannya, caranya duduk, berdiri, berjalan, berbicara, bahkan caranya memegang rambut ketika duduk..Allah benar-benar menggantikan dirimu dengan dirinya.

Suamiku,.. anakmu tumbuh dengan cepatnya.. sekarang kaki kecilnya sudah terampil menendang bola.Dia benar-benar mewarisi semua kegemaranmu.Senang bermain bola, pintar bermain gitar,.. dan bermain bulu tangkis.

Andhini tersenyum sendiri.Melihat anaknya tumbuh sehat dan pintar, membuat Andhini merasa bahagia.Tidak ada lagi yang bisa menyamai kebahagiaan Andhini selain melihat perkembangan buah hatinya dari masa ke masa.

Suamiku, Alhamdulillah, anakmu selain tampan juga soleh dan baik hati.Tidak pernah sekalipun dia menentang atau menyanggah ucapanku, meskipun aku mendidiknya dengan sangat keras.Dia anak laki-laki, .. anak laki-laki harus tumbuh sebagai laki-laki, meskipun dibesarkan hanya oleh ibunya.

Andhini memang kerap mendidik anaknya dengan keras dan disiplin... Andhini kuatir dengan tidak adanya figur ayah akan membuat anaknya tidak memiliki jiwa seorang laki-laki seutuhnya.Namun meskipun demikian, anaknya mempunyai perasaan yang halus, pengalah, dan baik hati.Semua orang yang mengenal anaknya, akan jatuh hati padanya.Karena sopan santun dan kebaikan hatinya.

Waktu terus berjalan, Sampai akhirnya tibalah saat pelulusan SMA, dan pendaftaran di Universitas. Andhini merasa sangat bersedih, karena anaknya tidak diterima di Universitas Negeri di Jakarta, tapi diterima di Universitas Negeri di Bandung.

“Anakku, kenapa kamu harus kuliah jauh-jauh dari Mama?.. Kenapa tidak kuliah di Perguruan Tinggi Swasta saja di Jakarta?Tanya Andhini.

Mama jangan bersedih karena aku tidak diterima di Perguruan Tinggi di Jakarta.Di Bandung juga Perguruan Tinggi Negerinya tidak kalah baik, aku berjanji akan belajar dengan sungguh2 agar Mama bangga dengan aku.Anaknya berkata sambil mencium tangan Andhini.

Hati orang tua mana yang tidak luluh mendengar kata-kata tersebut, perlahan dihapusnya air mata disudut matanya. Melihat semangat anaknya yang begitu mengebu-gebu,dengan berat hati Andhini melepaskan kepergian Anaknya untuk kuliah di Bandung.Serasa baru kemarin Andhini memeluknya setiap hari.. sekarang harus berpisah untuk jangka waktu yang lama, meskipun masih bisa bertemu setiap akhir minggu, tapi tetap berat untuk Andhini untuk melepas anaknya.Entah mengapa.. mungkin ada firasat Andhini, bahwa akan menjauh dengan anaknya selamanya, namun ditepisnya perasaan itu...

Malam itu seperti biasa Andhini menelepon anaknya.Tidak lupa diingatkan agar anaknya tidak meninggalkan solat, dan juga agar rajin belajar di kuliahnya agar tidak ada mata kuliah yang tertinggal.

“Iya mama, terima kasih mama, sekarang tugas aku adalah membuat mama bahagiaaa... Doakan anakmu sukses ya Mama.. supaya mama tidak usah bekerja lagi,.. Mama tinggal di rumah saja, kasihan Mama sudah tua dan terlalu capai selama ini bekerja mencari uang untuk sekolahku.

Nyess... hatinya serasa disiram air sejuk.. Mata Andhini berkaca-kaca.. Anakku sayang sungguh kamu anak yang sangat soleh, sungguh kamu anak yang berbakti, Dada Andhini terasa hangat.. hatinya diliputi kebahagiaan dan rasa syukur tiada terhingga.

Anakku, Mama sangat bangga kepadaMu.. Mama sangat beruntung mempunyai anak sepertimu.

Dan Kebahagiaan itu terenggut selamanya

Pagi harinya, Andhini baru saja meletakkan tasnya, ketika Handphonenya berbunyi. Dilihatnya dari nomor telepon anaknya.Wah tumben, harusnya jam segini kan ada kuliah.“Iya anakku sayang, ada apa nak?”. Tapi kemudian terdengar suara asing “Dengan Ibu Andhini? Maaf Ibu, saya dari kepolisian, mau mengabarkan bahwa anak ibu mengalami kecelakaan.Silahkan Ibu menghubungi rumah sakit Hasan Sadikin”.. lalu tiba-tiba telepon terputus.

Andhini termangu,.. otaknya masih belum bisa mencerna kata-kata yang barusan terucap.Dengan tangan bergetar dicobanya telepon kembali no anaknya, namun handphonenya mati.Laludi coba di telepon rumah sakit Hasan Sadikin Bandung dan minta disambungkan ke bagian ICU...

“Maaf Ibu, tidak ada pasien yang bernama seperti yang ibu sebutkan. Coba Ibu telpon 1 jam lagi, mungkin masih belum sampai di rumah sakit”Hati Andhini semakin gelisah... Dicobanya ditelepon Universitas tempat anaknya kuliah..namun tidak ditemukan anaknya kuliah sesuai skedulnya.

Setelah satu jam dicobanya lagi bagian ICU Rumah sakit.“Oh iya Ibu, memang ada pasien yang bernama itu, tapi bukan kami yang menangani nya, silahkan ibu menelpon nomor ini, lalu disebutkanlah nomor telepon yang lain.. “Maksudnya apa? Kenapa tidak ditangani ICU? Apa yang terjadi dengan anak saya? Ujar Andhini.. “Maaf Bu, silahkan saja Ibu langsung telepon ke nomor tadi”

Hati Andini sudah sangat gelisah.. air matanya hampir tumpah..perasaannya mengatakan bahwa sesuatu yang sangat menyedihkan telah terjadi.

“Halo dengan bagian pulasara, kamar jenazah” Degg.... Andhini tercekat.. “A..Apakah saya bisa tahu keadaan anak saya”..Disebutkannya nama anaknya “Oh iya Ibu sebentar ini dengan saudaranya.. lalu terdengar suara isakan adiknya“Mbak Andhiniiii.. tabah ya,.. anakmu telah meninggalkan kita selama-lamanya..”

Apakah ini mimpi,.. Apabila ini mimpi.. mengapa aku tetap tersadar dan terus mendengar adiknya berbicara.Ini pasti kekeliruan.. ini pasti kesalahan.. Anakku baik-baik saja... Baru kemarin kami berbicara.. nanti Sabtu akan pulang ke rumah seperti biasanya..

Mbak Andhini.. kalau boleh tahu, dimanakah nanti akan dikebumikan? Apakah di Bandung atau di bawa ke Jakarta?Tanya adiknya kembali, menyadarkan Andhini..

Ya Allah.. ini bukan mimpi.. ini kenyataan.. Anakku yang kusayang telah meninggal.. Ya Allah,,, Ya Allah...

Andhini merasa bahwa dunia yang ditempatinya seakan runtuh menimpa dirinya..Satu-satunya kebahagiaannya, satu-satunya alasan untuk hidup di dunia ini, satu-satunya penyemangat hidupnya, telah meninggalkannya dengan tiba-tiba karena kecelakaan motor ketika hendak pergi kuliah.

Ya Allah.. mengapa Engkau tidak mengambil aku juga sekalian.. Tidak ada lagi yang paling berharga di dunia ini selain anakku.Aku rela menukar nyawaku dengan nyawa anakku.Dia masih begitu muda,.. masih begitu bersemangat..

Andhini tunduk diam terpaku... perlahan diusap air matanya.. dibelainya nissan kayu diatas pusara anaknya,.. lirih diucapnya.. Anakku.. tidak lama lagi mama menyusulmu, beristirahatlah sekarang dengan Ayahmu....

Anakku

dalam Kenangan

Anakku Sayang,

Serasa belum lama, mama memelukmu dalam buaian.Semenjak ayahmu meninggalkan kita selama-lamanya, susah dan senang kita alami bersama.

Anakku Sayang

Engkau adalah pelita hati mama.Dengan segala keterbatasan mama, Engkau tumbuh dan beranjak dewasa.Alhamdulillah, mama bersyukur mempunyai anak seperti kamu, kebaikanmu hampir tanpa cela.Mama Ridho atas kesolehanmu, bahkan cita-cita mu adalah membuat mama bahagia.

Anakku Sayang,

Kami semua mencintaimu, namun Alloh lebih sayang padamu.Perjalananmu di dunia fana ini telah usai.Pergilah wahai jiwa yang tenang, kembali ke haribaan Rabbmu, Penciptamu, bersama ayahmu.kelak kita akan bersama lagi.

Ya Allah,izinkanlah kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu, ditempat kediaman yang dinaungi kemuliaanMui, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.

Sesungguhnya kepunyaanMu lah apa-apa yang ada di langit dan di bumi.Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki karunia Maha Agung, serta anugerah yang tak berakhir dan Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.

Wahai Para Ibu di mana saja berada,.. peluk dan sayangilah anak-anakmu sebagaimana mereka menjengkelkanmu, karena kita tidak akan pernah tahu... sampai kapan kita akan bisa memeluk mereka, sampai kapan kita bisa bersama-sama mereka...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun