Mohon tunggu...
Ratna Sugiarti
Ratna Sugiarti Mohon Tunggu... -

berbagi dalam suasana kehenigan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pencitraan Gaya Prabowo

3 Januari 2014   17:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:11 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kasus pembunuhan seorang nenek bernama Yeap Seok Pen di Kelantan, Malaysia oleh tenaga kerja wanita (TKW) asal NTT bernama Wilfrida Soik belum berakhir. Sidang masih dilanjutkan hingga saat ini. Wilfrida terancam menerima hukuman gantung sesuai tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU), karena bukti-bukti yang diajukan tak cukup kuat. Berdasarkan keterangan yang dihimpun, hasilnya mengarah kepada Wilfrida Soik sebagai pelaku tunggal dalam kejadian tersebut. Karena pada saat kejadian, di rumah korban hanya ada Wilfrida Soik yang bertugas menjaga dan merawat ibu majikan Yeap Seok Pen yang berusia 75 tahun.


Dari hasil pemeriksaan kejiwaan dari rumah sakit, Wilfrida Soik dinyatakan tidak mengalami gangguan jiwa termasuk saat memberikan keterangan kepada penyidik. Fakta ini penting karena jika terbukti ia masih di bawah umur, dengan sendirinya ia tidak bisa dijerat dengan undang-undang pidana untuk orang dewasa. Berdasarkan hukum pidana Malaysia, pelaku pembunuhan jika dinyatakan terbukti bersalah bisa dijatuhi hukuman mati.  Kasus Wilfrida menarik perhatian di Indonesia dan sejumlah politisi hadir di persidangan di Malaysia.  Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar juga mengatakan telah melobi pemerintah Malaysia dalam upaya membebaskan Wilfrida dari ancaman hukuman mati.


Peristiwa TKI tersebut juga memancing Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto untuk berempati terhadap peristiwa tersebut, prabowo meminta rakyat Indonesia melakukan koreksi diri terkait banyaknya tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tersangkut kasus hukum bahkan hingga divonis hukuman mati. Prabowo Subianto sangat aktif melakukan upaya untuk membantu Wilfrida Soik bebas dari ancaman hukuman mati di Malaysia. Apa sebenarnya motif yang meletarbelakangi Prabowo sampai bolak-balik turun langsung ke Malaysia. Prabowo mengaku terpanggil untuk membantu pemerintah mengurus Wilfrida Soik, TKI di Malaysia yang terancam hukuman mati dengan satu alasan. Ia memaklumi tugas pemerintah cukup banyak sehingga perlu membantu.


Dibalik itu pasti ada sensasi lain untuk hadirnya seorang praabowo di tanah Malaysia yang katanya sedang memperjuangkan TKI Indonesia. Nuasa politik jelas mengental dalam ke empatian seorang prabowo dalam peristiwa tersebut, walau tidak tersirat bahasa menghinakan pemerintah kerap di sampaikan oleh seorang prabowo. Prabowo memang tidak menghakimi pemerintah tidak mau mengurus tenaga kerja Indonesia (TKI). Soal perhatian pemerintah, ia mengatakan, tugas pemerintah cukup banyak. Selain itu, prabowo mengaku banyak mengenal beberapa pejabat di Malaysia. Karena itulah, kata Prabowo, ia merasa dapat berperan aktif melakukan advokasi terhadap Wilfrida.


Sekedar untuk perbandingan bahwa prabowo ada sebelum pemerintah hadir disana, Pemerintah yang melakukan pendampingan sejak setahun lalu, Prabowo yang melakukan pencitraan atas pengadilan Wilfrieda Soik di Malaysia. Dita Indah Sari, Stafsus Kementerian Tenaga Kerja menegaskan pihaknya telah melakukan pendampingan maksimal agar Wilfrieda lolos dari hukuman mati di Malaysia. Dita menyajikan data bagaimana Kementerian menunjuk pengacara, melakukan advokasi tanpa banyak berkoar di publik. Di saat akhir jelang putusan, sekonyong2 Prabowo secara show off melakukan kunjungan ke Malaysia berkedok “membela” Wilfrieda. Ini bukan contoh yang baik dari seorang Capres. Mestinya ia menyampaikan masukan ke pemerintah, jika memang motifnya menolong. Tapi Prabowo membawa motif kampanye. Ini makin terkuak ketika Prabowo baru-baru ini memuji kerja Tim Pengacara yang ditunjuk pemerintah sejak setahun lalu, dimana hasilnya Wilfrieda kemungkinan lolos dari hukuman mati.


Wilfrida memang menjadi sorotan media massa di Indonesia. Kasusnya menjadi sebuah bentuk ketidakadilan karena Wilfrida sebenarnya mengalami siksaan oleh majikannya dan pada saat kejadian dalam posisi membela diri. Sayang, Wilfrida tetap dianggap melakukan pembunuhan dengan sengaja. Keseriusan Prabowo dalam mendukung Wilfrida penting untuk disoroti. Jangan sampai Prabowo menjadikan kasus Wilfrida ini cara kampanyenya sebagai capres 2014. Prabowo seperti sedang menunjukkan bahwa dirinya sangat peduli dengan kasus TKI yang HAMnya sedang terancam karena hukuman mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun