Mohon tunggu...
Ratna Satyawati
Ratna Satyawati Mohon Tunggu... -

Seseorang wanita biasa dengan kesabaran yang sedang diuji

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Selembar Sajadah

3 Juli 2017   17:03 Diperbarui: 3 Juli 2017   17:20 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya....Sepintas mungkin seperti terasa biasa biasa saja. Tapi entah kenapa, di mataku tampilan warna dan coraknya makin lama begitu makin terasa indahnya. Aku bahkan begitu mengaguminya. Sering aku jadi tersenyum saat memandangnya. Tak jarang ada juga dalam dekap di dadaku. Saat itu yg aku ingat entah kenapa aku menerimanya sebagai pemberianmu. 

Aku bahkan merasa seakan-akan bingung saat beralih dalam genggamku. Sempat agak kaget (lebih pada tanpa sentuhan apa-apa saat memberikannya padaku).... tapi mungkin itu memang gaya dan caramu. Aku hanya diam dan menerima apa adanya tanpa berucap. Mungkin juga karena saat itu aku sedang merasa agak sendu. Berusaha tak ingin merubah suasana pertemuan yang hanya sejenak. Aku berusaha memahami sikapmu tanpa banyak tanya.

Selang waktu....., tepatnya Ramadhan kali ini di 2017. Seminggu dalam puasa dan taraweh yang kujalani. Aku seperti tiba-tiba ingin memeluknya untuk mengkhusukkan ibadahku bersama selembar sajadah ini. Mungkin karena ada waktu dalam kesendirianku sehingga aku merasa menikmatinya karena tak banyak yang akan bertanya. Seperti suatu aliran magnet yang tiba tiba ada menyemangatiku untuk makin khusuk dalam ikhlas, saat menjalankan ibadah ini. 

Ada rasa haru dalam kaca-kaca di mataku. Mungkin aku rindu pada si empunya pertama sajadah ini. Tapi aku tak mungkin mengutarakannya. Meski akhir-akhir ini aku selalu sendiri tanpa teman bahkan dalam gelap malam saat rintik hujan. Langkahku seakan bahkan lebih cepat dan tertunduk. Saat merasa hanya berteman dengan lafaz dan tahlil Allah. Akupun peluk sajadah itu seakan tak ingin terkena titikan hujan. Aku memang tak ingin berpayung seperti yang lainnya. 

Biarlah mukenaku yg basah asalkan bukan sajadah ini. Aku menjadi semakin meresapi ibadahku, sujudku bahkan terasa makin lama.... entah apa yg membuatku makin larut untuk Ramadhan kali ini. Aku tau dan Allah pun pasti lebih tau. Aku tak akan banyak berucap tapi setidaknya Allah mengerti apa yang aku rasakan. Jika lewat sajadah ini semakin menguatkan aku....? akupun bersyukur. Mungkin dengan cara ini aku semakin menyayangi Allah. 

Sesampainya di rumah.... kucoba mengusapnya, kurasakan sajadah itu tetap kering dalam dekapku...Alhamdullillah. Aku memang seperti berusaha keras untuk melindungi dari apapun juga selain dari dalam rengkuhanku. Aku hanya merasakan semakin berartinya sajadah ini. Aku bahkan bersyukur ditakdirkan untuk mewarisinya. 

Ada tetes kaca dalam mataku yang menitik yang segera aku usap.... aku sedang tak ingin menangis.... aku bahagia memiliki sajadah ini. Aku berjanji untuk menyimpannya sampai kapanpun. Aku bahkan berjanji untuk ada dalam dekapanku sampai akhir hidupku. Atau setidaknya saat sujud terakhirku. Dan aku pastikan hanya aku kamu dan Allah yang mengerti.....

💐
💐

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun