Beberapa waktu lalu ada pemberitaan bahwa harga mie instan akan naik tiga kali lipat imbas dari perang Rusia dan Ukraina. Dikutip dari Kompas, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa kenaikan harga mie instan terjadi karena naiknya harga gandum akibat dari perang yang menyebabkan pasokan gandum dari ukraina tidak dapat keluar negara sementara Indonesia merupakan salah satu negara yang mengimpor gandum.
Berdasarkan hasil wawancara CNBC Indonesia dengan Direktur Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang, Beliau menyampaikan bahwa meskipun perang juga berimbas pada harga gandum, tetapi kenaikan harga gandum yang terjadi disebabkan oleh perubahan iklim yang mengakibatkan terjadinya gagal panen.Â
Beliau menambahkan kenaikan harga gandum sebesar 68 persen sudah terjadi dari tahun 2021 akibat turunnya produksi gandum di beberapa negara termasuk Amerika dan Kanada yang mencapai 40 persen.
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan juga membantah pemberitaan tentang harga mie instan yang akan naik hingga tiga kali lipat.Â
Beliau menyampaikan informasi mengenai rencana kenaikan harga mie instan tidak terlepas dari harga gandum yang meningkat. Lebih lanjut, menurut beliau, Harga gandum akan mulai turun secara global september 2022 mendatang karena beberapa negara penghasil gandum seperti Australia, Kanada dan Amerika sudah mulai panen dikutip dari Okezone.
Menurut data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia atau Aptindo, Kenaikan harga gandum mencapai 76 persen pada Agustus 2022 dibandingkan awal tahun 2021. Ratna Sari Loppies selaku Direktur Eksekutif Aptindo menyampaikan harga tepung terigu mengalami kenaikan karena hampir  90 persen produksinya menggunakan gandum,  tetapi tidak semua industri berbahan tepung akan mengalami kenaikan salah satunya mie instan.
Menurutnya, harga tepung  hanya berkontribusi 20 persen dari biaya keseluruhan mie instan. Justru kenaikan harga tepung akan berpengaruh terhadap industri berskala kecil dan menengah seperti mie basah untuk mie ayam, kue tradisional dan toko roti dilansir dari laman Katadata.
Terlepas dari berbagai informasi mengenai harga mie instan, penulis melihat ada yang menarik setelah adanya pemberitaan tersebut. Berbagai unggahan media sosial  dipenuhi oleh netizen yang merespon terhadap rencana kenaikan harga mie instan terutama anak muda termasuk teman-teman penulis yang merupakan mahasiswa dan anak kos.Â
Fenomena seperti ini tidak terjadi ketika harga bahan pangan naik berkali-kali lipat dari harga normal seperti cabai, bawang, telur dan daging. Apakah ini menunjukkan bahwa mie instan adalah salah satu kebutuhan pokok atau konsumsi utama masyarakat indonesia.
Dilansir dari laman databoks katadata, mie instan merupakan makanan alternatif yang bisa di simpan dalam jangka waktu lama dan minat konsumsi terhadap mie instan meningkat hampir 5 persen di tahun 2021 dari tahun sebelumnya.
 Berdasarkan artikel yang ditulis pada detikfood, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara pemakan mie instan terbanyak di dunia. Hal ini bisa saja terjadi karena mie instan merupakan makan favorit selain karena pembuatannya praktis namun juga harganya yang murah.
Tak hanya karena praktis dan harga yang terjangkau, mie instan yang ada di Indonesia juga memiliki rasa yang enak dan menjadi andalan di banyak kondisi. Selain itu jika dilihat dari laman lokadata, hasil survey juga menunjukkan kelas ekonomi menengah keatas lah yang paling banyak mengonsumsi mie instan.Â
Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya karena harga murahnya tapi memang rasanya yang bikin ketagihan yang membuat mie instan menempati ruang spesial di hati masyarakat Indonesia tanpa mengenal kelas ekonomi.
Isu efek kesehatan mengkonsumsi mie instan pun seolah tidak dipedulikan dan masih laris manis di pasaran. Bahkan inovasi mie instan berbagai rasa pun kini bermunculan untuk memenuhi keinginan masyarakat dalam mengonsumsi mie instan dengan berbagai variasi rasa serta adanya produksi mie sehat  sebagai pengganti mie instan pada umumnya.
Cita rasa mie instan Indonesia yang enak juga membuat Indonesia menjadi Negara pengekspor mie instan terbesar ke empat setelah china, Korea Selatan dan Thailand di tahun 2020 dan menguasai 7,48 persen ekspor produk pasta dunia, dikutip dari CNBC Indonesia.
Hal-hal inilah yang mungkin membuat banyak masyarakat merespon dan mengunggahnya di media sosialnya. Â Adanya rencana kenaikan harga mie instan apalagi sampai tiga kali lipat akan membuat ciri khas nya yang memiliki harga terjangkau akan hilang apalagi mie instan masih menjadi andalan masyarakat diberbagai kalangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H