Sampah menjadi salah satu masalah serius dalam masa krisis iklim saat ini. Hal ini karena sampah dapat menghasilkan gas metana yang merupakan gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Dilansir dari forest digest, gas metana dapat menyebabkan pemanasan global 30 kali lipat lebih tinggi daripada gas karbondioksida.
Di Indonesia, Kesadaran masyarakat terhadap sampah juga masih rendah ditambah metode pengelolaan sampah di Indonesia juga belum ramah lingkungan. Beberapa TPA yang ada di Indonesia menggunakan metode dumping dan landfill yang dinilai tidak ramah lingkungan dan berpotensi mencemari air, tanah dan udara.
Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sampah yang berhasil dikelola pada tahun 2021 sebanyak 64,43%, sedangkan 35,57 % lainnya tidak terkelola dan menurut laman egsa geo UGM, TPA menjadi salah satu tempat yang paling berpotensi menyumbangkan emisi gas rumah kaca seperti metana, CO2 dan N2O.
Dari grafik tersebut, Â Sebanyak 41,2% komposisi sampah itu berasal dari sisa makanan dan sumber sampah terbanyak berasal dari sampah rumah tangga (40.8%).Â
Ini angka yang cukup tinggi disaat banyak nya orang yang kekurangan makanan namun justru tumpukan sampah terbanyak adalah dari sisa makanan.
Ditengah tingginya jumlah sampah, tren ekonomi sekuler muncul sebagai salah satu upaya mengurangi permasalahan tersebut.Â
Dikutip dari laman forest digest, model ekonomi sirkuler sampah berupaya mendaur ulang sampah untuk dimanfaatkan kembali sehingga bernilai ekonomi. Kementerian LHK juga sudah membuat panduan pelaksanaan ekonomi sekuler dilapangan sebagai bentuk usaha pemerintah memberi tempat untuk ekonomi sekuler.
Dibeberapa daerah di Indonesia, Inovasi teknologi untuk pengelolaan sampah bermunculan seperti yang dikutip dari IDNTimes.Â
Teknologi buatan Indonesia untuk mengelola sampah diantaranya mallsampah, gringgo, angkuts dan sampah muda yang merupakan startup pengelolaan sampah, dispenser mas eco yang menjual air minum tanpa kemasan, toss listrik kerakyatan yang mengelola limbah organik menjadi sumber energi ekonomi alternatif, mobil bahan bakar limbah plastik dan masih banyak inovasi lainnya.
Selain dari berbagai inovasi yang bermunculan, upaya mengurangi permasalahan sampah harus dimulai dari pribadi.Â