Mohon tunggu...
Sri Hidayati
Sri Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana UM Sumatera Barat

Berkarya dengan pena, menembus dunia, meraih ridha Ilahi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rasa malu yang hilang: kembalikan martabat Anak kepada Orang tua

27 Januari 2025   11:15 Diperbarui: 27 Januari 2025   11:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi waktu kita kecil (foto: doc. pribadi)

Rasa Malu yang Hilang: Mengembalikan Martabat Anak kepada Orang Tua

Ketika berbicara tentang hubungan antara anak dan orang tua, satu hal yang sering kita abaikan adalah rasa malu. Malu bukan sekadar perasaan canggung, tetapi kesadaran akan tanggung jawab moral yang seharusnya mencegah kita berbuat semaunya. Dulu, ketika kita kecil, orang tua selalu membela kita dengan kasih sayang. Mereka menggenggam tangan kecil kita, membesarkan kita, mendendangkan kita sambil selalu membisikkan harapan-harapan indah untuk anak tercinta agar anaknya akan menjadi kebanggaan. Tapi kenyataannya, ketika dewasa, berapa banyak dari kita yang justru bertindak semaunya? Apalagi setelah orang tua telah tiada, sebagian merasa sudah "merdeka." Mereka melunjak, berbuat seenaknya. Tidakkan kita malu mengaku sebagai anaknya?

Logikanya sederhana: orang tua memberikan segalanya untuk kita. Saat masih kecil, siapa yang rela tidak tidur demi menenangkan kita? Siapa yang menunda mimpi pribadinya untuk memastikan kita bisa sekolah, makan dengan layak, dan bahagia? Semua itu dilakukan tanpa keluhan, tanpa mengharap balasan, hanya keyakinan sederhana "Anak ini akan menjadi sesuatu yang membanggakan."

Namun, bagaimana jika kenyataan berbicara sebaliknya? Kita justru tumbuh menjadi sosok yang menyakiti hati mereka dengan ucapan, tindakan, atau, yang lebih buruk, kealpaan kita. Wajah ayah dan ibu yang kini penuh keriput, tubuh yang kian lemah, menjadi saksi bisu atas perjuangan mereka. Kita mungkin melupakan mereka dalam gemerlap kehidupan, tetapi apakah mereka pernah benar-benar lupa pada kita?

Apa yang terjadi pada kita? Apakah kehidupan yang kita jalani hari ini pantas dibanggakan? Atau justru menjadi tamparan bagi mereka yang sudah tak mampu berkata-kata? Rasa malu seharusnya menjadi alarm jiwa, mengingatkan kita akan batasan moral. Ketika kita tersesat, bayangkan wajah orang tua kita. Adakah mereka bangga di sana? Atau justru ada kekecewaan yang tak pernah terucap?

Banyak dari kita yang merasa telah bebas setelah dewasa. Parahnya, kebebasan itu kita maknai dengan melupakan tanggung jawab kita sebagai anak. Kita berbicara lantang, seolah dunia milik kita, tapi apakah orang tua kita merasa bahagia mendengarnya? Bahkan setelah mereka tiada, tidak sedikit dari kita yang tetap berbuat semaunya, melupakan bakti yang seharusnya terus hidup.

Harapan dan Kewajiban Anak dalam Birrul Walidain

Islam mengajarkan bahwa birrul walidain---berbuat baik kepada orang tua---adalah kewajiban besar yang tidak bisa ditawar. Allah SWT berfirman:

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kamu kembali." (QS. Luqman: 14)

Bakti kepada orang tua tidak terbatas saat mereka masih hidup. Bahkan setelah mereka tiada, doa kita adalah bentuk pengabdian yang tetap dinanti. Jika saat hidup mereka kita belum sempat membahagiakan, maka setelah mereka tiada, kewajiban kita adalah menjaga nama baik mereka. Setiap tindakan kita mencerminkan hasil didikan mereka. Tidakkah kita merasa malu jika perbuatan kita justru mencoreng nama baik mereka?

Menghidupkan Kesadaran Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun