Mohon tunggu...
Ratna Rusmiyati
Ratna Rusmiyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pembangunan Jaya

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Attachment Style terhadap Perkembangan Anak

2 Juni 2023   23:00 Diperbarui: 2 Juni 2023   23:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan manusia terjadi mengikuti pola tertentu yang terdiri dari beberapa periode. Dalam masa perkembangan, seseorang membentuk kepercayaannya dari bayi hingga dewasa sehingga memunculkan ekspektasi terhadap pengasuh atau orang-orang di sekitarnya. Ekspektasi yang terbentuk selama masa perkembangan biasanya tidak berubah selama sisa hidup sang anak dan ekspektasi tersebut terkait dengan pengalaman yang dilalui sang anak. Ekspektasi yang dimaksud adalah bahwa pengasuh akan responsif terhadap kebutuhan seorang anak.

Seorang psikolog perkembangan dan psikiater dari Inggris, Edward John Mostyn Bowlby atau yang biasa dikenal dengan nama John Bowlby mencetuskan teori attachment. Menurut John Bowlby, attachment adalah keterikatan psikologi yang berlangsung lama antara manusia. Attachment ini juga berikatan dengan kepercayaan dan ekspektasi seseorang. 

John Bowlby menekankan bahwa kelekatan dengan pengasuh berdampak terhadap perkembangan hidup seseorang anak. Jika kelekatan aman, maka anak akan mengembangkan kehidupan masa kanak-kanak yang menyenangkan, begitu pula sebaliknya, apabila kelakatan cenderung tidak aman, maka perkembangan menjadi tidak optimal. Penjelasan ini Bowlby jelaskan lebih rinci dalam attachment style yang terdiri dari:

  • Secure attachment
  • Terjadi ketika seseorang memiliki kecenderungan untuk menghindar dan rasa takut yang rendah. Seorang anak yang memiliki secure attachment memiliki karakteristik, seperti dapat memisahkan diri dari orang tuanya, mencari kenyamanan dari orang tuanya ketika merasa takut, menanggapi kehadiran orang tuanya dengan emosi yang positif, dan lebih memilih orang tua dibandingkan orang lain. Dan ketika anak tersebut tumbuh menjadi orang dewasa, anak tersebut akan memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitarnya dan percaya dengan orang-orang di sekitarnya sehingga ia dapat berbagi cerita dengan nyaman mengenai perasaannya.
  • Preoccupied attachment
  • Terjadi ketika seseorang memiliki kecenderungan untuk menghindar yang rendah, tetapi memiliki rasa takut yang tinggi. Seorang anak yang memiliki preoccupied attachment memiliki karakteristik, seperti berhati-hati kepada orang lain, merasa sangat tertekan ketika ditinggal oleh orang tuanya, dan tidak menunjukkan emosi yang posutif ketika orang tuanya kembali. Dan ketika anak tersebut tumbuh menjadi orang dewasa, anak tersebut akan memiliki keraguan dengan orang di sekitarnya dan merasa sangat putus asa ketika hubungan dengan orang di sekitarnya berakhir.
  • Dismissing-avoidant attachment
  • Terjadi ketika seseorang memiliki kecenderungan untuk menghindar yang tinggi, tetapi memiliki rasa takut yang rendah. Seorang anak yang memiliki dismissing-avoidant attachment memiliki karakteristik, seperti menghindari orang tuanya, tidak membutuhkan kontak atau rasa aman dan nyaman dari orang tuanya, serta perbedaan kecenderungan anak untuk memilih orang tua dibandingkan orang lain sangat kecil. Dan ketika anak tersebut tumbuh menjadi orang dewasa, anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang intim dan tidak bisa berbagi cerita mengenai pikiran dan perasaannya dengan orang di sekitarnya karena merasa tidak percaya dengan orang lain
  • Fearful-avoidant attachment
  • Terjadi ketika seseorang memiliki kecenderungan untuk menghindar dan rasa takut yang tinggi. Seorang anak yang memiliki fearful-avoidant attachment memiliki karakteristik, seperti ketika anak berusia 1 tahun, anak menunjukkan percampuran dari sikap yang cenderung menghindari masalah dan sikap melawan atau menentang saat merasa tidak nyaman, serta anak sering terlihat bingung, linglung, dan gelisah. Dan ketika usianya 6 tahun, seorang anak dapat mengambil peran pengasuh, bahkan beberapa anak berperilaku menjadi pengasuh orang tuanya.

Hingga saat ini masih banyak orang tua yang mengasuh anaknya dengan cara yang salah sehingga menyebabkan trauma yang berdampak pada perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak. Seperti yang dikatakan oleh John Bowlby bahwa keberadaan orang tua sangat berperan penting terhadap perkembangan anak. Saat sang anak berpisah dengan pengasuh utama, yaitu orang tuanya, anak akan merasa cemas dan stress meskipun memiliki pengasuh pengganti di sisinya.

Hubungan keterikatan pada masa anak-anak akan menjadi contoh untuk seluruh hubungan sosial anak yang terjadi di masa yang akan datang, sehingga jika terjadi gangguan keterikatan pada masa anak-anak maka dapat menyebabkan dampak yang cukup serius. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah periode yang sangat penting dalam perkembangan keterikatan anak dengan pengasuhnya. Kecerdasan dan perilaku agresif anak akan terpengaruh hingga usia dewasa jika pada lima tahun pertama anak, ia mengalami kejadian yang mengakibatkan keterikatan dengan orang tuanya terganggu, seperti perceraian orang tua, perilaku abai dari orang tua, dan kematian. Oleh sebab itu, para orang tua diharuskan untuk membangun hubungan keterikatan yang baik dengan anak dengan memberi mereka perhatian penuh, terutama pada 5 tahun pertama anak.

Referensi:

Bowlby, J. (1969). Attachment and loss (Vol. 1).

Ishmah, S. N., & Suhana. (2018). Hubungan antara attachment style dengan agresi pada remaja anggota geng motor X di kota Bandung. 4(2).

Izza, Y. S., & Andromeda. (2019). Adult Attachment Style dan Kesiapan Menjadi Orang Tua pada Individu Dewasa Awal. Psikologi Ilmiah. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI

Marifah, N. L., & Budiani, M. S. (2012). Hubungan antara attachment style dan self-esteem dengan kecemasan sosial pada remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun