KERIPIK PISANG
     Pak Suradi pemilik asrama menegor pohon pisang yang ada di belakang asrama. Ibu Ani yang merupakan ibu asrama bertanya kepada pak Suradi. "Pak, pisang belum matang kok ditegor?" "sudah tua bu, ga papa ditegor" jawab pak Suradi. Ibu Ani bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan? Kok tiba-tiba menegor pisang. Eehhh... ternyata batang pisangnya dibuat makan sapi! Ya, karena musim kemarau susah mencari rumput buat makan sapinya, maka ditegorlah pohon pisangnya
     Bu Ani bingung mau apa pisang sebanyak itu. Aha! Aku ada ide, buat keripik pisang aja, pikir bu Ani. Bu Ani mau memanfaatkan tenaga anak-anak asrama untuk membantunya membuat keripik pisang. Ada tujuh anak yang tinggal di asrama, mereka disuruh mengupas dan mengiris pisang yang belum matang itu. Kebetulan hari ini tanggal merah, anak-anak libur sekolah. Sebelumnya ibu Ani sudah memberitahu kalau akan membuat keripik pisang, jadi anak-anak sudah siap membantu pagi ini. Setelah sarapan, anak-anak berkumpul di dapur. Ada yang mengupas pisang, ada yang mengiris. Saling kerjasama melakukan kegiatan di pagi itu. Indahnya kebersamaan...
     Tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama selesailah tugas anak-anak mengiris pisang. Karena pisang masih mentah, tentu banyak getahnya. Ada satu anak yang tau cara bagaimana membuat pisang tersebut menjadi bersih dari getah. Setelah irisan selesai, irisan tadi langsung dimasukkan ke air panas hingga terendam semua. Wow...alhasil bersih irisan pisang tadi. Siap untuk digoreng. "kamu pinter nduk" kata bu Ani. "Aku yang udah tua aja gak tau cara ini" sambung bu Ani. "iya bu, ibu saya yang mengajari" jawab Sri. Anak itu bernama Sri, ternyata Sri pintar memasak dan membuat kue. Ibunya yang mengajarkannya.
     Semua siap dan sreeenggg...digorenglah irisan pisang itu. Ada 10 sisir pisang yang diiris untuk dijadikan keripik. Ya lumayan banyak. Bu Ani dengan telaten menggoreng irisan pisang itu. Wuih...capeknya, guman bu Ani. Saat bu Ani menyeka keringatnya tiba-tiba ada yang memanggil. "ibu, biar saya bantu" kata Tista. Ada Tista dan Sri yang berdiri di samping bu Ani sambil menawarkan bantuan untuk menggoreng irisan pisang itu. "wah...baik sekali kalian. Monggo, digoreng di kompor sebelah ya" jawab bu Ani. "itu, minyaknya ada di botol", lanjut bu Ani. Jadi ada dua wajan untuk menggoreng irisan pisang. Anak-anak asrama ikut membantu menggoreng.
     Allahu akbar allahu akbar...terdengar suara adzan dari mushola yang terletak di sebelah timur asrama. Tepat pas selesai menggoreng irisan pisang. "Alhamdulilah...selesai sudah pas dhuhur anak-anak" kata bu Ani. "iya bu" jawab anak-anak. "Ayo dimasukin toples, tas kresek dan disimpan" perintah bu Ani. Langsung semua menyelesaikan tugasnya. Setelah itu mereka bersiap untuk sholat dhuhur berjamaah.
     Keripik hasil buatan anak-anak asrama dimakan setelah makan siang dan sebagian disimpan untuk cemilan sehari-hari. Kriuk kriuk...enaknya... "Hmmm kapan-kapan buat lagi ya bu" celoteh Indah. "iya, pokoknya kalian mau membantu, kita buat lagi. Eit...ada lagi syaratnya, kalo pisang di belakang rumah dah tua! Kalo gak ada pisang, apa yang mo dibuat keripik?" Jawab ibu Ani. Mendengar jawaban ibu asrama Siti langsung menyahut "singkong, ubi, mbothe. Itu kan bisa dibuat keripik juga". Ibu Ani kemudian menjelasakan "anak-anakku sayang... di asrama kita adanya pohon pisang, jadi ya pisang yang kita buat. Singkong, ubi, mbothe kan harus beli dulu. Kalo pisang kan gratis, iya kan". Serentak anak-anak menjawab "iya bu".
     Kegiatan hari libur, membuat keripik pisang. Melihat kekompakan, kebersamaan dan keceriaan anak-anak membuat ibu Ani bahagia hingga meneteskan air mata. "Semoga kalian sehat semua anak-anakku, tercapai cita-cita kalian. Amin" doa ibu Ani kepada anak-anak asrama.
010622
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H