Dalam proses pembelajaran di sekolah, banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan para peserta didik dalam pencapaian kemampuan. Acapkali, kurangnya pemahaman peserta didik dalam  menyerap materi menjadi perhatian. Beberapa faktor yang menjadi poin dalam hal ini adalah; rendahnya motivasi belajar peserta didik, sehingga peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, belum maksimalnya guru  dalam memanfaatkan model-model pembelajaran interaktif yang berbasis teknologi seperti; media audio visual (video) dan alat peraga, guru masih menggunakan metode konvensional/ ceramah dalam menyampaikan materi, serta minimnya practicing dalam proses pembelajaran di dalam kelas sehingga guru harus mencari cara dalam menyampaikan materi agar permasalahan tersebut dapat diatasi.
      Hal ini tentu menjadi sebuah keprihatinan bagi dunia pembelajaran di sekolah yang tentu saja mempengaruhi kemampuan para peserta didik di dalam berbagai mata pelajaran. Dan, salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Inggris.
      Bagi peserta didik tingkat SMK, kemampuan dan pemahaman  pada mata pelajaran bahasa inggris ini tentu menjadi sebuah keharusan, hal ini bukan tanpa alasan; sebagai calon-calon tenaga kerja yang nantinya akan siap pakai di dunia kerja/industri, tentu saja kemampuan bahasa inggris menjadi tambahan poin untuk para peserta didik mengingat saat ini Indonesia sedang berada di era globalisasi yang cukup masif Â
Berkaitan dengan hal tersebut, minimnya kemampuan para peserta didik akan mapel bahasa inggris telah membuat para peserta didik menjadi tidak percaya diri. Lebih jauh, ketidakpercayaan diri para peserta didik dalam writing dan english speaking skill telah menjadi hal yang problematik Melalui metode pembelajaran PjBL ( Project by Learning) dengan materi Procedure Text, guru berharap para peserta didik dapat mengasah writing skill dan menambah rasa percaya diri peserta didik dalam english speakingnya.
Maka, penggunaan media pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas amat diperlukan. Pembelajaran menggunakan media power point dan video dengan dilibatkannya peserta didik secara individu maupun berkelompok. Kemudian dilanjutkan dengan peserta didik mempresentasikan hasil karya dengan berkelompok.
Prinsip TPACK (Technology, Pedagogy, Action, Content, and Knowledge) haruslah diterapkan oleh guru dalam setiap kali melalukan proses pembelajaran, dan salah satu media belajar-mengajar yang sering digunakan saat ini adalah media interaktif  berupa audio visual (video) dan powerpoint. Menurut Fajria (2020), media power point meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Siswa berpartisipasi selama proses pembelajaran dengan baik. Dikatakan oleh Mutmainnah, Enis Fitriani, (2021) bahwa media interaktif power point mendukung untuk pembelajaran grammar mendukung pembelajaran yang menyenangkan. Media interaktif power point sesuai untuk mengajar grammar tenses kepada siswa sekolah menengah atas. Peserta didik sangat antusias mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan media pembelajaran interaktif. Hal tersebut dikarenakan media pembelajaran  interaktif terlihat sangat menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.
Lebih lanjut, metode pembelajaran yang digunakan berupa PjBL (Project by Learning) dirasa tepat seperti yang dituliskan oleh Sari (2021) menemukan bahwa terdapat peningkatan positif melalui pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan siswa dalam aksen, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman. Sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi bahasa inggris  sehingga peserta didik dapat membuat kalimat tanpa merasa kesulitan dan lebih baik dengan tata bahasa dalam kompetensi menulis atau writing skill. Lebih lanjut, peserta didik pun lebih percaya diri dikarenakan mengalami peningkatan dalam english speaking skillnya. Dessy Nurmalasari, S.Pd; Wakil Ketua MGMP Bahasa Inggris tingkat SMK Kota Depok, Jawa Barat pun mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL_Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Maka ini bisa diterapkan dalam speaking skill peserta didik; lebih lanjut beliau juga mengatakan bahwa metode ini  sesuai dengan kurikulum merdeka yang mengharapkan siswa lebih aktif dalam proses kegiatan belajar serta memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan penguatan kompetensi secara optimal maka PjBL dirasa cukup tepat untuk dijadikan model pembelajaran di dalam kelas.
Dampak dari aksi dari langkah langkah yang dilakukan sangat berpengaruh. Perubahan pada peserta didik melakukan pembelajaran yang pada awalnya motivasinya kurang serta kesulitan dalam pembelajaran menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
Hasil dari ini efektif dalam perubahan baik dari guru itu sendiri untuk bisa meningkatkan kompetensinya dan para peserta didik pun mengalami perubahan dalam pembelajaran dengan lebih bersemangat.
Respon dari orang lain terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan ini pun secara umum mendukung dan ini menjadi semakin kuat untuk terus meningkatkan ide-ide atau gagasan untuk ke depannya lebih baik lagi  dalam proses pembelajaran.
Lebih jauh, pembelajaran dari keseluruhan proses; peningkatan kompetensi diri dalam proses pembelajaran oleh seorang guru menjadi sebuah kepastian oleh sebab perubahan dan tuntutan zaman yang selalu berubah dan kondisi peserta didik yang berganti. Kompetensi menjadi seorang guru yang baik dan hebat wajib dimiliki secara keseluruhan, baik kompetensi pedagogi, sikap, sosial, dan profesional.