Mohon tunggu...
Ratna Pertiwi
Ratna Pertiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas PGRI Semarang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Warisan Budaya Lewat Tari Tanggai dalam Pembelajaran Siswa

23 Desember 2024   20:48 Diperbarui: 23 Desember 2024   21:07 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SISWA MA DARUSSALAM BATUMARTA VI (SUMATERA SELATAN)

A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan budaya, salah satunya adalah seni tari tradisional. Tari Tanggai, yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan, merupakan salah satu bentuk seni tari yang sarat nilai budaya dan filosofi. Melalui Tari Tanggai, siswa dapat belajar mengenai kearifan lokal, nilai-nilai tradisi, dan identitas budaya bangsa.

B. Latar Belakang 

Tari Tanggai merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Palembang dan berkembang di seluruh Sumatra Selatan. Tari Tanggai diciptakan oleh seniman tari Elly Rudy. Elly Rudy mengkreasikan gerakan Tari Tanggai yang sebelumnya disebut Tari Tepak.

Pada abad ke-5 Masehi, tari tanggai merupakan tari persembahan terhadap dewa siwa dengan menbawa sesajian yang berisi buah dan beranekan ragam bunga, karena ini berfungsi sebagai tari persembahan pengantar sesajian maka tari tanggai pada zaman dahulu di katagorikan tarian yang sakral. Pada tahun 1965, setelah Tari Gending Sriwijaya dilarang karena alasan politis, seorang seniman bernama Elly Rudy menciptakan kembali Tari Tanggai sebagai tarian penyambutan tamu dengan menggunakan lagu "Enam Saudara".

Nama Tari Tanggai berasal dari properti tari yang digunakan, yaitu kuku palsu yang dipakai penari di delapan jari tangan kecuali jempol. Seorang penari Tanggai harus memiliki kelentikan terutama pada jari-jari tangan saat memakai Tanggai. Tari Tanggai menggambarkan keramahan dan rasa hormat masyarakat Palembang atas kehadiran tamu. Tari Tanggai digunakan untuk menyambut tamu agung, acara-acara resmi, dan acara resepsi pernikahan.

C. Makna Tari Tanggai

Tari Tanggai merupakan tarian tradisional khas Palembang yang memiliki makna sebagai ucapan selamat datang dari tuan rumah kepada tamu. Tarian ini juga menggambarkan keramahan, rasa hormat, dan penghargaan masyarakat Palembang kepada tamu yang berkunjung.

Selain itu, Tari Tanggai juga memiliki beberapa makna lain, seperti:

  • Gerak tafakur

Gerakan ini diambil dari cara berserah kepada yang Maha Kuasa.

  • Gerak elang terbang

Gerakan ini melambangkan bahwa manusia harus selalu tangkas dalam segala sesuatu.

  • Gerak tolak bala

Gerakan ini melambangkan perlindungan diri untuk menghindari hal-hal yang tidak baik.

  • Gerak memohon

Gerakan ini melambangkan memohon semua hal yang baik dari Tuhan Yang Maha Esa.

D. Fungsi

Tari Tanggai memiliki berbagai fungsi, di antaranya:

  • Upacara Adat : Digunakan dalam upacara adat atau acara penting seperti penyambutan tamu kehormatan, perayaan, atau acara kerajaan.
  • Penyambutan : Tari ini sering dipertunjukkan untuk menyambut tamu atau orang penting yang datang ke suatu daerah.
  • Pelestarian Budaya : Sebagai bentuk pelestarian budaya, tari ini digunakan untuk memperkenalkan tradisi dan kebudayaan Lampung kepada generasi muda maupun masyarakat luas.

Tari Tanggai biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu dalam berbagai acara, seperti: 

  • Acara resepsi pernikahan di Palembang
  • Acara resmi lainnya
  • Acara seremonial pemerintahan daerah
  • Acara oleh organisasi non pemerintah
  • Pembukaan pertandingan sepak bola.

Contoh Tari Tanggai Sebagai Acara Pernikahan

  • Proses Tari Tanggai pengantin

Tari Tanggai acara resepsi pernikahan atau bisa disebut Tari Pagar pengantin biasanya dipersembahkan oleh mempelai putri, tarian khas Palembang Sumatra Selatan ini merupakan tarian perpisahan dari mempelai putri kepada sahabat, kerabat dan keluarga. Mempelai Putri akan ditempatkan di atas dulang agung yang berwarna keemasan yang diibaratkan sebagai mekarnya sekuntum bunga teratai yang terapung diatas lembar daun teratai yang diibaratkan selama ini melindunginya, melambangkan keluhuran dan kemurnian keluarga untuk melepaskan kedua mempelai dalam melangkahkan kaki menuju mahligai rumah tangga karena menurut adat apabila seorang gadis telah dipersunting maka seyogyanya untuk tidak tampil di muka umum untuk menari kecuali atas izin suami tercinta. Dulang agung keemasan ini juga diibaratkan sebagai lingkaran rumah tangga yang membatasi ruang gerak dan tingkah laku seorang istri yang tidak sebebas saat masih lajang, kuku-kuku panjang yang menghiasi jari-jari tangan para penari yang juga nantinya akan disematkan di jari tangan mempelai putri yang berbentuk hidup atau perahu ini disebut dengan Tanggai. Mempelai putra tepat ada dibelakang mempelai putri sebagai simbol dari kesiapan seorang suami untuk menjaga,mengawasi, serta melindungi istrinya sebagai bentuk tanggungjawab untuk keluarga.

E. Busana dan Properti 

Tari Tanggai biasanya dibawakan oleh lima orang penari perempuan. Namun, tari ini juga bisa ditarikan secara tunggal atau berkelompok dengan pakaian yang digunakan dalam tari tanggai adalah baju adat Sumatera Selatan, yaitu Aesan Gede. Selain baju adat, penari juga mengenakan aksesoris seperti:

  • Kain songket
  • Dodot
  • Pending
  • Kalung
  • Sanggul malang
  • Kembang urat atau rampai
  • Tajuk cempak
  • Kembang goyang
  • Tanggai
  • Tepak, kotak persegi panjang yang diisi dengan daun sirih, tembakau, gambir, pinang, dan kapur.

F. Musik Pengiring

Sementara alat musik pengiringnya terdiri dari:

  • Acordion
  • Biola
  • Gendang Melayu
  • Gong
  • Simbal
  • Beduk
  • Terbangan
  • Tamborin
  • Rebana
  • Gitar

Lagu pengiring tari tanggai yang terkenal adalah "Enam Bersaudara".

G. Gerakan

Gerakan dalam Tari Tanggai menekankan kelentikan jari dan kelembutan gerakan tubuh, mencerminkan keanggunan dan kehalusan budaya Palembang. Tari Tanggai juga memiliki gerakan yang lembut, anggun, dan penuh ekspresi. Beberapa gerakan yang sering ditemukan dalam Tari Tanggai antara lain:

  • Gerak jalan putri atau jalan jinjit
  • Gerak Borobudur hormat
  • Gerak sembah berdiri
  • Nyaturi maju
  • Majeng mundur
  • Berperi kanan
  • Berperi kiri
  • Rebah kayu
  • Gerak mendak
  • Gerak tabur

H. Ciri khas dalam gerakan tari tanggai 

Tari tanggai merupakan tarian khas Palembang yang menggabungkan musik tradisional dengan gerakan lemah lembut. Tarian ini memiliki beberapa ciri khas, yaitu:

  • Gerakan Tangan: Tangan penari bergerak halus, seperti mencubit udara atau menyapu angin, melambangkan kelembutan dan ketenangan. Gerakan tari tanggai memiliki makna, seperti menaburkan kebaikan, berbagi kepada sesama, dan menaburkan ajaran agama.
  • Gerakan Kepala dan Leher: Gerakan kepala yang mengikuti irama musik menambah kesan anggun pada tari ini. Leher penari sering bergerak dengan halus, menciptakan kesan kelembutan.
  • Gerakan Tubuh: Tubuh penari bergerak dengan gerakan yang teratur, seringkali dipadu dengan gerakan tangan dan kepala.
  • Gerakan Kaki: Langkah kaki yang elegan dan ringan, menambah kesan anggun dalam pertunjukan.

I. Manfaat Tari Tanggai dalam Pembelajaran Siswa

  • Penguatan Identitas Budaya: Siswa memahami dan menghargai budaya lokal sebagai bagian dari identitas bangsa.
  • Peningkatan Kreativitas: Melalui proses belajar gerakan dan makna tari, siswa mengembangkan kreativitas dan seni ekspresi.
  • Pendidikan Karakter: Tari Tanggai mengajarkan nilai kesopanan, kerja sama, dan rasa hormat.
  • Keseimbangan Motorik: Melatih koordinasi tubuh melalui gerakan tari yang terstruktur.
  • Pengetahuan Kebudayaan: Siswa dapat belajar Tari Tanggai dan mengetahui budaya yang ada di Indonesia.

KESIMPULAN 

Tari Tanggai adalah salah satu cara untuk mengenalkan dan melestarikan warisan budaya kepada siswa. Dengan mempelajari tari ini, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang tradisi, tetapi juga nilai-nilai luhur yang dapat membentuk karakter mereka. Sebagai generasi penerus, siswa memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya Indonesia.

Disusun oleh:

Kelompok 4

  • Dealova Citra Ristyardani (24120327)
  • Ratna Pertiwi (24120333)
  • Eri Susanti (24120341)
  • Marta Miftakhul Khusna (24120345)
  • Zulfia Zahra Zuhdiyani (24120353)

Universitas PGRI Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun