UAJY-Yogyakarta, untuk memperingati Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2014 lalu, Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Lilin Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengadakan pementasan kecil dengan tema “Membumi”. Pementasan ini memang diadakan setiap bulan dengan tema yang berbeda. Para anggota Teater Lilin menamakan pentas ini dengan Jalin. Jalin adalah singkatan dari Perjamuan Lilin. Dengan adanya pementasan kecil ini, Teater Lilin bermaksud untuk menjamu para penontonnya dengan show kecil yang merupakan hasil dari latihan rutin keaktoran.
Jalin kali ini merupakan jalin ke enam yang diadakan di kampus II Gd. Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Teater Lilin kali ini menyuguhkan tari-tarian yang menginterpretasikan unsur-unsur bumi. Ada lima unsur yang ditonjolkan dalam tarian Jalin, yaitu air, api, tanah, udara, dan manusia itu sendiri. Keempat orang yang membawakan tarian tersebut terdiri dari dua orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Para penari memberanikan diri menampilkan hal yang lebih berbahaya dari adegan-adegan biasanya. Adegan yang dimaksudkan untuk memukau penonton adalah dengan memperlihatkan aksi menyemburkan api.
Tari-tarian tersebut diiringin dengan musik non-elektronik. Teater Lilin hanya menggunakan gitar akustik, gamelan, seruling dan pianika. Musik yang digunakan untuk mengirirngi tarian diaransemen sendiri oleh teman-teman Teater Lilin. Menyesuaikan dengan gerakan-gerakan si penari tersebut. Setting pertunjukan dikemas apik dengan menggunakan jerami yang memiliki nilai hasil bumi.
Keseluruhan acara diharuskan sejalan dengan tema “Membumi”. Makanan ringan yang disajikan dalam acara Jalin juga harus dari hasil bumi. Ada kacang rebus dan ketela rebus dengan minuman teh hangat. Penonton tidak dipungut bayaran untuk menonton pertunjukan tersebut. Penonton bisa dengan leluasa dan gratis menonton dan menyantap sajian yang diberikan. Namun kali ini, tiket bisa diganti dengan bibit tanaman. Bibit tanaman ini dimaksudkan supaya para manusia bisa mengganti hasil bumi yang telah dipakai.
Ada hal yang kurang menurut Evan Kristianus selaku panitia. Menurutnya, ada banyak kekurangan secara teknis. Lighting misalnya, ada banyak warna yang belum terpenuhi dalam pentas Jalin. Minimal untuk memenuhi kelima unsur bumi yang ditonjolkan dalam tarian. Hal yang paling gagal menurut Evan adalah ketika tarian yang menggambarkan air disorot dengan lampu warna merah. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari pentas kali ini, baik teknis maupun konsep. Untuk kedepannya, Teater Lilin akan semakin memperhatikan hal-hal sedetail mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H