Mohon tunggu...
Ratna Novitasari Miftahul K
Ratna Novitasari Miftahul K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Calon Jurnalis

Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Pekalongan sejak tahun 2019.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cancel Culture dalam Budaya Populer Media

22 Desember 2021   19:49 Diperbarui: 22 Desember 2021   19:51 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tengah diperbincang disejumlah media sosial mengenai fenomena boikot atas aktor terkenal asal Korea Selatan, Kim Seon Ho. Sejumlah brand yang terikat kontrak dengan Kim Seon Ho dengan cepat menghapus foto dan iklan yang berkaitan dengan aktor tersebut. Tidak hanya itu, Kim Seon Ho juga memutuskan keluar dari acara Variety Show 2 Day 1 Night yang telah dibintanginya sekitar 2 tahun dan diburamkan setiap penampilannya dalam acara televisi apapun. Kim Seon Ho mengalami boikot karena dirinya tersandung skandal pribadi yaitu aborsi dan gaslighting terhadap mantan kekasihnya Choi Young Ah.

Fenomena boikot yang dialami Aktor Kim Seon Ho juga dikenal sebagai cancel culture. Istilah cancel culture ini populer pada tahun 2019 dan dikenal sejak tahun 2014. Dikutip dari Kompas.com, cancel culture merupakan keadaan saat seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan yang dianggap mengecewakan bagi banyak orang hingga diusir dari lingkup sosialnya. Tindakan yang mengecewakan bisa dikarenakan oleh perilakunya di masa lalu ataupun perilakunya masa kini.  

Orang yang melakukan tindakan mengecewakan bagi publik akan menerima pengucilan di lingkungan sosialnya juga terancam kehilangan pekerjaannya atau dikeluarkan dari sekolah. Jika yang  bersangkutan  merupakan pubik figure, mereka harus menerima kehilangan kariernya serta dilarang muncul ke hadapan publik. Tindakan pengucilan tidak hanya berhenti di lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga berlanjut di dunia maya yaitu melalui platform media sosial.  

Cancel culture pada awalnya merupakan tindakan sanksi sosial terhadap seseorang yang melakukan tidakan buruk dan merugikan orang lain. Cancel culture juga bertujuan membuat orang yang melakukan tindakan buruk jera. Serta tidak lagi melakukan hal yang sama. Cancel Culture menjadi peringatan bagi orang lain untuk tidak melakukan tindakan yang buruk. Seseorang yang terkena cancel culture harus menerima dan bertanggung jawab atas perilakunya yang buruk di masa lalu maupun masa kini.

Seiring berkembangnya teknologi khususnya media sosial, cancel culture kemudian disalahgunakan oleh beberapa oknum untuk menjatuhkan orang lain, misalnya dengan membuat tuduhan yang negatif. Tuduhan negatif tidak langsung bisa terdeteksi karena kebenarannya perlu dikonfirmasikan ke pihak yang bersangkutan.  Tuduhan ini biasanya bersifat personal atau pribadi,  jadi sebagai pembaca harus tidak menelan bulat-bulat informasi yang didapatkan.

Jika Tuduhan yang diajukan palsu dengan disertai bukti-bukti yang kuat. Seseorang yang mengalami cancel culture dapat memulihkan nama baiknya dan kembali ke pekerjaannya. Seperti halnya Kim Seon Ho, yang berhasil keluar dari fenomena cancel culture. Kim Soen Ho memang dibenarkan melakukan tindakan aborsi dengan kekasihnya Choi Young Ah. Akan tetapi,  media Dispatch (media informasi asal Korea Selatan) mengunggah kronologi dan hasil wawancara terhadap orang-orang terdekat dari Kim Seon Ho dan Choi Young Ah. Dengan informasi yang diberikan Dispatch, Kim Seon Ho dapat kembali muncul dihadapan publik dan satu persatu brand kembali menggunakan Kim Seon Ho sebagai model iklan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun