Oleh : Ratnaningsih, S.Pd.,M.Pd.
CGP Angkatan 5 Kabupaten Lamongan
Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru."
 -Steve Jobs-
BAGAIMANA PERASAAN ANDA SETELAH MEMPELAJARI MODUL INI?
Saya hanya bisa menuliskan kata 'luar biasa' tentang apa yang saya rasa setelah mempelajari modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid. Â Luar biasa terkesan, karena mendapat pengetahuan dan pengalaman baru dari modul ini. Pengetahuan baru tentang student agency atau kepemimpinan murid.
Pengalaman baru, bagaimana menyusun program dengan melibatkan voice, choice dan ownership nya murid. Luar biasa senang dan bangga, bisa menjadi salah satu calon guru penggerak yang mendapat kesempatan belajar bagaimana menjadi guru yang menjadikan murid adalah prioritasnya.
Modul 3.3 ini memberikan pemahaman pada saya tentang pentingnya melibatkan murid dalam pengambilan keputusan terkait dengan proses pembelajaran mereka sendiri. Baik dalam bentuk intrakurikuler, ko kurkuler maupun ekstra kurikuler. Guru berperan untuk mengupayakan tumbuhkembangnya kepemimpinan murid dengan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif bagi diri murid yaitu terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.
APA INTISARI YANG ANDA DAPATKAN DARI MODUL INI?
Student Agency atau kepemimpinan murid merupakan kemampuan murid untuk mengambil kepemilikan dan tanggung jawab atas proses pembelajarannya sendiri, memiliki suara dan pilihan atas apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar dan mengorganisir pembelajarannya, serta dapat memilih arah dan cara mencapai tujuan pembelajarannya sendiri.Â
Murid memiliki kesempatan penuh mengarahkan pembelajaranya, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan pendapatnya, mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan mengajukan pertanyaan, berperan aktif dalam komunitas belajarnya, mengkomunikasikan pemahamannya dan melakukan aksi nyata sebagai hasil proses belajar.
Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya, mereka sebenarnya memiliki; voice, choice dan ownersip. Voice (suara); pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas dan sistem pendidikanÂ
mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan secara kolektif memperngaruhi hasilnya. Choice (pilihan); peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Ownership (kepemilikan); rasa keterhubungan (fisik, kognitif dan emosional) dengan yang sedang dipelajarinya, Â keterlibatan aktif dan menunjukkan investasi pribadi dalam proses belajarnya.
Berkaitan dengan tiga hal tersebut, tugas guru adalah 'hanya' menyediakan lingkungan yang dapat menumbuhkan budaya dimana murid memiliki suara, pilihan dan kepemilikan dalam apa yang murid pikirkan, niat yang ditetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana merefleksikan tindakan mereka. Bukan tugas yang mudah tetapi selagi guru mau terus belajar dan berusaha, tugas itu hanya akan menjadi sesuatu yang biasa.
Lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid dan tugas guru menyediakannya adalah lingkungan yang;  1) menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif. 2) mengembangkan ketrampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, dimana murid akan menjunjng tinggi  nilai-nilai positif yang berbasis pada nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.Â
3) melatih ketrampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non akademik. 4) melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. 5) membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti  tujuan, harapan, atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui penemuan kepentingan individu, kelompok maupun golongan. 6) menempatkan murid demikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri. 7) menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Untuk menumbuhkan kepemimpinan perlu terjalin kemitraan yang disebut Tri Sentra Pendidikan, yaitu; kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan  yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi murid.
Sebagai pusat dari proses pendidikan,, murid berada  dalam lintas komunitas, yaitu berada pada komunitas keluarga, komunitas kelas dan antar kelas, komunitas sekolah, komunitas sekitar sekolah dan komunitas yang lebih luas.
APA KETERKAITAN YANG DAPAT ANDA LIHAT ANTARA MODUL INI DENGAN MODUL-MODUL SEBELUMNYA?
Kaitan dengan Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Dalam filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara guru memiliki peran penting dalam menuntun tumbuh kembang murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Untuk itu dalam pengelolaan dan penyusunan program hendaknya berpihak kepada murid sehingga membawa dampak positif pada murid dan memungkinkan murid tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya.
Kaitan dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Guru memiliki nilai dan peran yang berkaitan dengan cita-cita mulia yaitu mewujudkan tercapainya Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan nilai dan perannya sebagai pemimpin pembelajaran guru dalam menyusun setiap program di sekolah hendaknya selalu membawa dampak positif pada murid.
Kaitan dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid merupakan upaya untuk mencapai visi sekolah. Dalam penyusunan program perlu dilakukan secara matang dan cermat, untuk itu digunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif dalam menyusun prakarsa perubahan dengan menerapkan tahapan BAGJA.
Kaitan dengan Modul 1.4 Budaya Positif
Dalam rangka menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dimana murid memiliki suara, pilihan dan kepemilikan dalam proses belajarnya, guru perlu menyediakan lingkungan positif yang dapat menunjangnya. Lingkungan positif yang dimaksud adalah terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan baik, kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter baik. Dari karakter baik itulah akan membentuk budaya positif.
Kaitan dengan Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid
Dalam pengelolaan program yang berdampak positif pada murid tentunya program tersebut disusun untuk memenuhi kebutuhan murid yang berbeda satu dengan lainnya. Setiap murid memiliki karakteristik dan keunikan dengan bakat serta potensinya masing-masing. Untuk itu perlu diterapkan pembelajaran berdiferensiasi, sehingga perbedaan kebutuhan murid yang berkaitan dengan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid dapat terpenuhi dengan baik.
Tugas guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap murid dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai kodratnya masing-masing. Dan perlu dipastikan dalam prosesnya murid-murid merasa selamat dan bahagia.
Kaitan dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Dalam pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, sangat perlu untuk mengitegrasikan kompetensi sosial dan emosional dalam proses pembelajaran. Kompetensi sosial emosional tersebut adalah kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, ketrampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.Â
Kelima kompetensi sosial emosional tersebuta dapat dikuatkan dengan mindfulness (kesadaran penuh). Dengan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional akan berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, selain itu juga dapat memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses di luar bidang akademik, termasuk dapat mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang optimal.
Kaitan dengan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik
Sebagai pemimpin pembelajaran, guru dapat menggunakan teknik coaching dalam menuntun dan menggali potensi yang dimiliki murid, serta memberikan keleluasaan murid untuk berkembang dan menggali proses berpikirnya. Dalam pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengmbangkan kepemimpinan murid, menggali potensinya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagian murid yang setinggi-tingginya.
Kaitan dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Dalam pengambilan keputusan, guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukannya dengan bijak. Pada saat melaksanakan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, apabila menghadapi masalah apakah itu dilema etika ataukah bujukan moral, maka untuk mengatasinya perlu memperhatikan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta berdasarkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dan benar-benar berpihak kepada murid.
Kaitan dengan Modul 3.2 Pemimpin dalam Pegelolaan Sumber Daya
Sebagai pemimpin pembelajaran guru perlu memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin pengelolaan sumber daya yang dimiliki sekolah. Mampu mengidentifikasi aset/ modal yang dimiliki, yang meliputi modal manusia, fisik, sosial, lingkungan/alam, politik, finansial serta modal agama dan budaya.Â
Dengan menggunakan pendekatan berbasis aset, guru dituntut mampu memanfaatkan modal atau sumber daya yang dimiliki tersebut untuk kemajuan sekolah dan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid.
Setelah memperhatikan keterkaitan/ koneksi antara modul 3.3 dengan modul lain sebelumnya, saya dapat menyimpulkan bahwa semua  program sekolah harus memberikan dampak yang positif pada murid. Untuk itu diperlukan perencanaan dan pengelolaan yang matang. Mulai dari memetakan/ mengidentifikasi sumber daya/ modal / aset yang dimiliki sekolah, menerapkan pendekatan berbasis aset untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki tersebut.
Apabila timbul masalah baik dilema etika maupun bujukan moral, pemimpin pembelajaran hendaknya dapat mengambil keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Mampu menerapkan paradigma berpikir coaching untuk memastikan bahwa pembelajaran telah berpihak kepada murid.Â
Sangat perlu memperkuat kompetensi sosial dan emosional baik untuk murid maupun tenaga kependidikan, untuk itu diterapkan pembelajaran sosial dan emosional. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh karakteristik, bakat dan potensi berbeda-beda yang dimiliki murid, sehingga perlu diterapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan murid yang berbeda tersebut.
Dengan nilai dan perannya guru penggerak dapat menyusun dan melaksanakan visi dengan membangun budaya positif di sekolah. Dengan harapan visi  tersebut dapat tercapai dimasa depan. Sesuai dengan tujuan pendidikan menurut filofosi Ki Hadjar Dewantara yaitu mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.
SETELAH MELIHAT KETERKAITAN ANTARA MODUL INI DENGAN MODUL-MODUL LAINNYA, JELASKANLAH PERSPEKTIF ANDA TENTANG PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID. BAGAIMANA SEHARUSNYA PROGRAM-PROGRAM ATAU KEGIATAN SEKOLAH HARUS DIRENCANAKAN, DILAKSANAKAN DAN DIEVALUASI AGAR PROGRAM-PROGRAM TERSEBUT DAPAT BERDAMPAK POSITI PADA MURID?
Setelah melihat keterkaitan modul 3.3 Â dengan modul sebelumnya, perspektif saya tentang program yang berdampak positif pada murid adalah setiap program yang disusun oleh sekolah seharusnya bisa menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (student agency). Memberi kesempatan pada murid mewujudkan profil positif pada dirinya yaitu Profil Pelajar Pancasila.
Program-program atau kegiatan sekolah yang berdampak positif pada murid perencanaannya disusun dengan matang dan cermat. Dilaksanakan dengan cara berkolaborasi antara kepala sekolah, guru, murid, orang tua/ wali murid, juga masyarakat sekitar.
Diawali dengan identifikasi aset di sekolah. Meliputi aset/ modal manusia, sosial, politik, fisik, lingkungan/alam, finansial, budaya dan agama. Dengan pendekatan berbasis aset, modal atau kekuatan tersebut diberdayakan dan dimafaatkan.
Perencanaan dilakukan dengan menggunakan tahapan BAGJA yang terdiri dari; Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi. Program yang disusun dapat menumbuhkan kepemimpinan murid  dan mendorong murid untuk terlibat baik suara, pilihan maupun kepemilikan.
Contoh program yang saya susun adalah : "SELASI MANIS". Dengan prakarsa perubahan: Meningkatkan pemahaman murid dalam berliterasi dengan SELASI MANIS. Â Selasi Manis (Selasa Literasi dengan Semangat dan Kuis) adalah program kegiatan Ko Kurikuler yang ingin saya kembangkan di sekolah.Â
Kegiatan ini berupa kegiatan literasi yang dipadu dengan  kuis. Untuk mengetahui tingkat pemahaman murid setelah melaksanakan literasi guru memberikan kuis yang harus dijawab oleh murid atau murid yang memberikan kuis pada murid kelompok lain. Kegiatan ini untuk melengkapi dan meningkatkan kegiatan literasi siswa yang sudah berjalan. Selasi Manis dilaksanakan pada kegiatan literasi di hari Selasa, 15 menit sebelun jam pertama.
Pada waktu sebelumnya di sekolah saya untuk meningkatkan  literasi murid ada kegiatan 'kuis membaca pagi', namun kegiatan tersebut terhenti. Belajar dari pengalaman tersebut saya ingin menghidupkan lagi kegiatan literasi yang dipadu dengan kuis yaitu SELASI MANIS.
Siapa yang terlibat? Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah murid dan guru. Siapa yang mengarahkan dan memantau saya dalam melaksanakan program "Selasi Manis" ? Saya akan mengajak guru lain dan kepala sekolah untuk memantau kegiatan ini.Â
Apa indikator keberhasilan program ini? Indikator keberhasilannya adalah pemahaman murid dalam berliterasi meningkat. Dibuktikan dengan murid mampu menjawab kuis dan mampu memberikan kuis. Bagaimana evaluasinya? Kepala sekolah, teman sejawat, serta murid memberikan umpan balik, atau masukan terkait pelaksanaan program.
Harapan saya berkaitan dengan program ini adalah meningkatnya semangat murid dalam berliterasi, meningkatnya pemahaman dan karakter murid. Program ini seyogyanya dapat dilaksanakan oleh seluruh guru dan murid di sekolah. Sehingga akan terwujud kepemimpinan murid (student agency) dan lahir murid yang mampu berkolaborasi dengan sesama, bernalar kritis, kreatif sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Setelah pelaksanaan akan dilakukan evaluasi dan refleksi yang dapat digunakan untuk perbaikan pada program kegiatan ini di masa mendatang.
Semoga bermanfaat
Salam dan bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H